JOGJA, Koran Magelang – Lahan pertanian di Bantul terancam mengalami kekeringan saat memasuki musim kemarau. Mengantisipasi hal itu, Pemkab Bantul mulai mengecek kondisi saluran air di lahan persawahan.
Seperti dengan pengecekan bendungan atau dam, sungai, hingga saluran irigasi primer dan sekunder yang mengairi lahan pertanian di Bantul. Hal tersebut penting agar para petani tidak terlalu merugi saat musim kemarau tahun ini lantaran gagal panen. Oleh karena itu, pemkab pun akan melakukan koordinasi dengan perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan gabungan kelompok tani (gapoktan) dalam pengecekan saluran airnya. “Saya sudah menugaskan dinas pertanian dan pekerjaan umum untuk melakukan pengecekan,” sebut Wakil Bupati Bantul Joko B Purnomo Minggu (3/7).
Sampai kemarin, Joko mengaku, ketersediaan air di Bantul untuk persawahan pun masih cukup. Bendung-bendung kami pun masih bisa memenuhi kebutuhan air lahan pertanian,” tegas Joko.
Manajer Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Bantul Aka Luk Luk Firmansyah menuturkan, ada tiga kapanewon yang berpotensi bencana kekeringan. Dengan letak geografis di perbukitan yang rawan bencana kekeringan. Untuk potensi kekeringan paling tinggi atau dengan status zona merah kekeringan, berada di Kapanewon Dlingo, Pundong, dan Piyungan.
Kemudian dengan potensi bencana kekeringan sedang atau zona kuning, ada di Kapanewon Imogiri, Pleret, sebagian Pajangan, sebagian Kretek, dan sebagian Sedayu. Sementara untuk kapanewon lainnya, hampir aman dari bencana kekeringan atau masuk sebagai wilayah dengan status zona hijau.
Aka pun meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana angin kencang di saat pergantian musim hujan ke musim kemarau seperti saat ini. Pasalnya, potensi bencana tersebut akan meningkat saat pancaroba. “Pada peralihan musim seperti saat ini angin kencang masih berpotensi terjadi tergantung kondisi cuaca dan peringatan dininya. Potensinya pun hampir bisa terjadi di seluruh wilayah,” beber Aka. (inu/eno/sat)