Neutron Yogyakarta

Belajar Menghadang Wisatawan ke Probolinggo

Belajar Menghadang Wisatawan ke Probolinggo

KULONPROGO – Kabupaten Kulonprogo dan Kota Probolinggo, Jawa Timur memiliki banyak kesamaan. Salah satunya menjadi jalur akses menuju destinasi wisata nasional. Kulonprogo memiliki program Bedah Menoreh. Sementara Probolinggo sudah sukses menggaet wisatawan untuk tinggal lebih lama di kota Probolinggo kendati bukan “pemilik” Gunung Bromo.

Hal itu terkuak dalam kunjungan kerja DPRD Kulonprogo dan Dinas Pariwisata Kulonprogo ke Probolinggo, Senin (18/7). Rombongan dipimpin Ketua DPRD Kulonprogo Akhid Nuryati didampingi Kepala Dinas Pariwisata Kulonprogo Joko Mursito.”Kami ingin belajar, bagaimana Kota Probolinggo bisa menahan lebih lama wisatawan sebelum melanjutkan ke destinasi utama Gunung Bromo,” ucap Akhid.

Dijelaskan, Yogyakarta International Airport (YIA) di Temon merupakan pintu gerbang utama wisatawan mancanegara sebelum menuju ke Candi Borobudur. Kota Probolinggo juga hanya menjadi salah satu akses wisatawan ketika hendak menuju Gunung Bromo yang berada di Kabupaten Probolinggo.

Secara geografis, Kulonprogo dan Kota Probolinggo juga memiliki potensi wisata alam yang mirip. Keduanya sama-sama memiliki pantai dan pelabuhan dan kuat dalam wisata religi. Pemkab Kulonprogo perlu belajar bagaimana membuat paket-paket wisata dan membuat jalur perjalanan wisata yang apik dan menarik, sesuai dengan tuntutan zaman dan tren masa kini. “Kami harus belajar, bagaimana Kota Probolinggo bisa memaknai lava erupsi Bromo ketika menyentuh pantai menjadi paket wisata bukan sebagai sebuah bencana,” tegasnya.

Ketua Komisi  III DPRD Kulonprogo Nur Eni Rahayu menambahkan, program kerja sama dengan pihak swasta tidak ada salahnya. Pemkab Kulonprogo perlu dikuatkan dan didorong agar memiliki keberanian. Dituangkan dalam RPJMD berikut contoh konkrit dan riil bagaimana wisata bisa dikembangkan dan mensejahterakan masyarakat meskipun harus dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau swasta.

Bedah Menoreh sebagai Koneksitas YIA-Borobudur harus segera diwujudkan untuk menjawab harapan  Gubernur DIJ Sultan HB X, bagaimana wisatawan bisa melihat Borobudur dari Kulonprogo. “Semua memang butuh infrastruktur memadai. Homestay dan hotel harus siap menerima wisatawan. Buat kawasan wisata yang menarik dan fenomenal yang diakui keberadaannya,” ungkapnya.

Ketua Komisi III DPRD Kota Probolinggo sekaligus Ketua Fraksi PDI Perjuangan Probolinggo, Agus Riyanto mengungkapkan, Kota Probolinggo sebetulnya tidak memiliki destinasi wisata, selain Pantai Permata. Probolinggo hanya melayani tamu yang akan ke Bromo. Selebihnya mengolah pantai dengan menggandeng swasta atau pihak ketiga. “Dan ternyata bisa. Kami juga terus mendampingi dinas terkait untuk melakukan terobosan dan inovasi untuk memajukan sektor pariwisatanya,” ungkapnya.(tom/din)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)

Exit mobile version