Neutron Yogyakarta

Satpol PP Masih Fokus Pengawasan Skuter Listrik

Satpol PP Masih Fokus  Pengawasan Skuter Listrik

JOGJA – Rencana operasi protokol kesehatan (prokes), terutama pemakaian masker, di kalangan masyarakat untuk merespons lonjakan kasus Covid-19 di wilayah DIJ, ditunda. Personel Satpol PP DIJ masih diterjunkan untuk fokus pengawasan aktivitas persewaan skuter listrik di kawasan sumbu filosofi yang terlarang.

Kepala Satpol PP DIJ Noviar Rahmad mengatakan, operasi masker belum dimulai. Ini karena keterbatasan personel, sehingga difokuskan dulu fenomena yang tengah marak muncul yakni aktivitas skuter listrik. “Kita melihat kondisi dulu sekarang, teman-teman juga masih fokus untuk skuter listrik. Karena personel kita terbatas, jadi kita harus membagi waktu,” katanya Senin(25/7).

Noviar menjelaskan, dari hasil operasi gabungan dengan kota, sejauh seminggu belakangan ini operasi skuter terus digalakkan setiap sore hingga malam hari. Selama waktu-waktu tertentu ada petugas, sudah tak ditemukan otoped listrik itu yang beroperasi. Namun di atas pukul 00.00, masih ada satu dua kucing-kucingan. “Lain-lainnya sudah tidak ada yang menyewakan di sana. Minggu depan mulai operasi masker lagi,”  ujarnya.

Selain menggalakkan operasi prokes, meski belum jalan dalam pekan ini, Satpol PP mendorong pemerintah kabupaten-kota melakukan pembentukan kelompok jaga warga di wilayahnya masing-masing. Sampai saat ini baru terbentuk 41 persen atau 1.987 kelompok jaga warga dari total sekitar 4.600 sekian pedukuhan di DIJ. “Kami minta pemerintah kabupaten-kota agar menyelesaikan pembentukan (kelompok jaga warga) di 2024. Semua terbentuk seluruh pedukuhan. Targetnya harus terbentuk 4.600 sekian itu,” jelasnya.

Menurutnya, ketika kelompok jaga warga itu telah terbentuk semua, otomatis tidak hanya bertugas masalah Covid-19 saja, melainkan bisa membantu menyelesaikan konfliktual yang ada di masyarakat, membantu dalam melaksanakan khususnya urusan pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan. Serta memotivasi pranata sosial yang ada di masyarakat untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Disebut-sebut selama ini yang menjadi kendala keterlambatan ini karena pembentukan jaga warga berada di kabupaten melalui Jogoboyo di kalurahan. Birokrasi yang begitu panjang ini yang membuat lambat target pembentukan belum tercapai saat ini. Salah satu yang cukup lambat adalah respons di Jogoboyo.

“Jadi kabupaten melantik setelah terbentuk di Jogoboyo. SK-nya yang mengeluarkan nanti kalurahan, disusun kepengurusan oleh kelurahan di-SK-kan nanti, lalu dikukuhkan oleh kabupaten. Nah kelemahannya sekarang di Jogoboyo membentuk itu lambat,”  tambahnya. (wia/laz)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)