JOGJA – Setelah dua kali digelar daring karena pageblug korona, tahun ini Gelar Budaya Etnis 2022 DIJ kembali berlangsung secara luring. Gelaran yang diikuti Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa (IKPM) Jogjakarta ini saling mempromosikan budaya masing-masing.
Plt Asisten Setda DIJ Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Aris Eko Nugroho mengatakan, di tengah keanekaragaman suku, budaya, agama, ras dan golongan, Pemprov DIJ melalui Dinas Kebudayaan DIJ memandang penting mengoptimalkan peran budaya. Peran budaya ini diharapkan dapat melakukan aktivitas pembangunan identitas kebangsaan NKRI.
“Kegiatan ini dapat menjadi momen yang sangat penting untuk mempererat persaudaraan di antara kita semua. Jangan mudah terpancing dengan sesuatu yang pada akhirnya dapat membuat kericuhan atau keributan,” katanya saat membuka Semarak Legenda Suku Nusantara (Selendang Sutera) Gelar budaya Etnis 2022 di Jogja City Mall (JCM), Senin (1/8).
Aris menjelaskan, acara rutin tahunan yang digagas pemprov dengan dukungan Dana Keistimewaan ini dilaksanakan dalam rangka membangun semangat nasionalisme atau spirit Bhinneka Tunggal Ika. Gelar Budaya Etnis 2022 ini bertujuan untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan antar pelajar mahasiswa se-Indonesia di DIJ.
Selain itu juga sebagai penguatan nilai-nilai keberagaman budaya dan kearifan lokal dari 34 provinsi se-Indonesia serta meningkatkan apresiasi mahasiswa dan pelajar dari berbagai daerah terhadap budayanya. “Tidak relevan lagi bila kita menjadikan etnis Nusantara ini menjadi sekat-sekat yang kemudian menghambat interaksi dan juga upaya membangun kebersamaan,” ujar Eko yang juga Paniradya Pati ini.
Kepala Bidang Atlas Dinas Kebudayaan DIJ Eni Lestari Rahayu mengatakan, gelaran ini diikuti pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam IKPM dan akan berlangsung selama empat hari, 1-4 Agustus 2022 di JCM secara luring. Nantinya akan dipilih 10 penyaji terbaik tanpa jenjang dan akan memperebutkan piala bergilir.
“Nah ini wadah dia untuk mempromosikan budayanya masing-masing. Jadi silakan mempromosikan budaya masing-masing tanpa menghilangkan nilai kearifan lokalnya sesuai dengan provinsinya masing-masing dipublikasikan di Jogjakarta,” katanya. (wia/laz)