SLEMAN – Perkiraan tambahan kebutuhan lahan tol Jogja-Bawen seksi I (Sleman-Banyurejo) sebanyak 541 bidang, diperkirakan seluas 19.299 meter persegi. Tambahan lahan itu berada di tiga kapanewon yakni Kapanewon Mlati, Seyegan, dan Tempel.
“Penambahan di seputar saluran selokan Mataram. Karena saluran itu heritage, sehingga lokasinya terhadap konstruksi jalan tol lima meter kanan dan lima meter kiri dari jalan inspeksi Selokan Mataram,” ujar Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Dispertaru) DIJ Krido Suprayitno Minggu(4/9).
Sosialisasi penambahan lahan dilakukan 31 Agustus-6 September 2022 kepada warga. Tambahan lahan itu statusnya milik masyarakat, tepatnya di tujuh kalurahan yang berada di tiga kapanewon. “Kami mulai mengadakan sosialisasi adanya penambahan lahan,” tambahnya.
Krido menyebut, setelah sosialisasi maka langkah selanjutnya adalah konsultasi publik. Tujuannya untuk menentukan daftar nominatif warga yang terdampak.
“Inilah kenapa kita lakukan sosialisasi publik dan konsultasi publik. Jumlahnya nanti ketemu saat konsultasi publik. Sekarang kami baru woro-woro kepada warga terdampak,” jelasnya.
Untuk perkiraan luas lahan yang terdampak per kalurahan, Kalurahan Tirtoadi (Mlati, Sleman) seluas 1.229 meter persegi. Kalurahan Margomulyo (Seyegan, Sleman) 253 meter persegi, Kalurahan Margodadi (Seyegan) 3.222 meter persegi, Kalurahan Margokaton (Seyegan) 7.697 meter persegi.
Sedangkan Kalurahan Banyurejo (Tempel, Sleman) seluas 3.464 meter persegi, Kalurahan Tambakrejo (Tempel) 3.166 meter persegi, dan Kalurahan Sumberrejo (Tempel) 268 meter persegi. “Terindikasi semua milik masyarakat,” ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Jasamarga Jogja Bawen (JJB) Dwi Winarnarna mengatakan, zona inti selokan yang merupakan cagar budaya dipastikan aman. Oleh sebab itu diperlukan tambahan lahan. “Agar Selokan Mataram sebagai cagar budaya tidak terganggu memang ada review desain dan dibutuhkan lahan tambahan,” ujarnya. (lan/laz)