PURWOREJO – Kabupaten Purworejo kaya akan tradisi atau kearifan lokal di masing-masing desa ataupun kelurahan. Salah satunya yaitu di Desa Benowo, Kecamatan Bener, Purworejo yang akan terus mempertahankan tradisi grebeg Pangeran Benowo sebagai tradisi tahunan di desanya.
Dinamai grebeg Pangeran Benowo karena diambil dari salah satu tokoh anak dari Joko Tingkir. Konon, menurut cerita Pangeran Benowo merupakan salah satu pendiri Desa Benowo. Petilasannya pun masih ada dan sering dikunjungi hingga saat ini.
Grebeg Pangeran Benowo tersebut menjadi salah satu pengingat sekaligus upaya untuk melestarikan kearifan lokal yang ada di Desa Benowo. Warga Desa Benowo setiap bulan Safar akan mempertahankan merti desa dengan mengarak 99 buah tumpeng.
Kepala Desa Benowo Nuryanto menyebutkan, tradisi tersebut sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki dan hasil panen selama satu tahun. “Sebelum arak-arakan, masyarakat Benowo melakukan ziarah dulu ke toko-tokoh desa dan agama di Desa Benowo, termasuk ziarah ke makam Pangeran Benowo,” ujarnya.
Tumpeng yang disajikan yaitu sebanyak 99 tumpeng yang dibuat oleh masyarakat dari tujuh dusun. Tumpeng tersebut melambangkan jumlah asmaul husna. Salah satu tumpeng sengaja dibuat berukuran besar yang berisi hasil bumi untuk diperebutkan masyarakat saat kirab. Seperti, ketela, pisang, cabai, labu siam, dan sebagainya.
Sementara, Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Benowo Khoirul Fata Rosadi mengatakan, tumpeng dalam Grebeg tersebut tidak ditentukan tetapi harus dari hasil bumi Desa Benowo. Sebab, filosofinya tumpeng itu adalah makmur. “Itu namanya sedekah bumi,” kata dia.
Dikatakan, acara merti desa sebenarnya sudah dari dulu tetapi untuk grebeg baru kali pertama dilakukan pada Selasa (6/9) lalu. “Ke depan akan kami agendakan lagi lebih meriah dan terkonsep. Harapan akan menjadi agenda tahunan kami dan jadi atraksi Desa Benowo,” imbuhnya.
Kabid Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Purworejo Dyah Woro Setyaningsih berharap, tradisi tersebut akan dipertahankan dan menjadi agenda tahunan Desa Benowo. “Bisa dikembangkan lagi sebagai gelaran rutin sehingga menjadi daya tarik wisatawan,” harap dia. (han/pra)