BANTUL – Petani di Padukuhan Jogodayuh, Kalurahan Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul merugi lantaran lahan jagungnya diserang hama tikus. Kurangnya kebersihan saluran irigasi dan selokan disinyalir sebagai penyebab serangan tikus terjadi.
Ketua Kelompok Tani Padukuhan Jogodayuh Sujono mengatakan, setidaknya ada tiga lahan atau bulak sawah di wilayahnya yang diserang hama tikus. Yakni bulak Kapasan, Tinom dan Kranji dengan total lahan puluhan hektar yang ditanami komoditas jagung.
Diungkapkan Sujono, serangan tikus yang terjadi pada pertengahan September ini menurutnya yang paling besar dibandingkan musim tanam sebelumnya. Sebab tikus menyerang hampir merata di tiga bulak sawah dan menyasar tanaman jagung berusia 60-70 hari atau yang sudah siap panen. Akibatnya para petani pun merugi hingga ratusan juta.
Terkait dengan upaya mengantisipasi serangan tikus makin meluas, Sujono mengaku pihaknya sudah melakukan tindakan gropyokan tikus pada Minggu (11/9). Hasilnya pun ditemukan banyak tikus yang bersembunyi di lubang-lubang sekitar lahan persawahan. “Tikus kebanyakan kami temukan bersembunyi pada lubang-lubang tanggul aliran sungai serta dibawah jalan utama menuju persawahan,” ujar Sujono kepada wartawan, Senin (12/9).
Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul Joko Waluyo menyampaikan, bahwa kurangnya kebersihan daerah sekitar lahan persawahan disinyalir sebagai penyebab tikus berkembang biak. Untuk itu, ia pun menghimbau agar para petani rutin melakukan pembersihan daerah sekitar persawahan. Khususnya pada selokan dan saluran irigasi.
Lebih lanjut, Joko mengaku juga telah berkoordinasi dengan tim penyuluh di tiap kapanewon dengan ancaman tinggi hama tikus agar bisa melakukan tindakan gropyokan bersama para petani. Sehingga harapannya serangan hama tikus bisa diantisipasi sejak dini dan tidak menimbulkan dampak seperti di Padukuhan Jogodayuh. “Saya mengimbau kepada masyarakat agar saluran irigasi dibersihkan, jangan sampai tunggu tempatnya kotor dan kemudian jadi tempat tinggal tikus. Karena tikus suka tempat yang seperti itu (lembab),” beber Joko. (inu/bah)