Neutron Yogyakarta

Peranakan Ongole Hasilkan Sapi Monster

Peternak Rela Rogoh Kocek demi Bobot
Peranakan Ongole Hasilkan Sapi Monster

KEBUMEN – Setiap peternak sapi tentu memiliki orientasi menghasilkan hewan agar bisa beranak-pinak. Namun berbeda dengan Dalhar, 40. Dia belum merasa puas jika hanya peliharaannya berkembang biak. Peternak sapi asal Desa Jogosimo, Klirong ini memilki target hewan yang dipelihara harus berbobot super.

Bermodalkan keuletan merawat sapi, kini Dalhar hanya fokus mengajar kuantitas ketimbang kualitas. Buktinya dari hasil beternak itu, sudah ada seekor sapi Peranakan Ongole (PO) yang memiliki bobot nyaris satu ton. Tepatnya 9,3 kwintal. Sebuah capaian bobot yang terbilang jarang untuk ukuran sapi lokal yang berkisar paling berat lima kwintal. “Bilangnya teman-teman sapi monster, karena besar mungkin ya. Sebenarnya sebanding pakan sama berat,” ungkap Dalhar Jumat (16/9).

Ukuran sapi yang dibanderol Rp 80 juta itu tampak melebihi postur tinggi orang dewasa. Saking besarnya, butuh dua orang untuk mengawal sapi keluar dari kandang. Belasan tahun sudah Dalhar berkecimpung di dunia ternak sapi. Dia lebih memilih sapi PO ketimbang sapi jenis lain. Alasannya selain cinta terhadap jenis produk lokal tapi juga dari sisi perawatan dianggap mudah.

Kandang ternak miliknya di RT 01/RW 02, Desa Jogosimo itu kini berisi lima ekor sapi PO unggulan. Semua memiliki bobot super atau melebihi berat sapi dari jenis lain. Termahal sempat ada yang ditawar Rp 65 juta. Namun sang pemilik masih belum tertarik untuk menjualnya. “Kepuasan aja bisa punya sapi gede. Orang sini kebanyakan ternak ya cuma ternak. Tapi saya nggak lah, mending tambah ongkos sedikit tapi puas,” jelasnya.

Dalhar pun rela menanggung konsekuensi merogoh kocek tidak sedikit untuk pakan dan perawatan sapi setiap hari. Dari sisi perawatan saja, sapi perliharaannya rutin diberikan jamu berupa telur dan madu. Untuk menjaga daya tahan fisik agar terhindar dari penyakit. Namun hal itu bukan menjadi sesuatu yang berarti. “Cara kasih pakan di-kombor sama katul dan ampas tahu, jerami dan suket gajah. Sehari dedak paling tidak Rp 20 ribu, tinggal kalikan sebulan,” jelasnya.

Sebelum memutuskan membeli anakan sapi untuk diternak, Dalhar selalu mempertimbangkan kualitas bibit. Dia sudah memiliki ukuran sendiri. Dilihat dari postur tubuh serta garis keturunan sapi. Kini Dalhar mampu membuktikan jenis sapi PO yang dulu dipandang sebelah mata, justru bisa naik pamor. Terbukti banyak peternak dari daerah lain datang untuk kebutuhan mengawinkan sapi. (fid/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)