Neutron Yogyakarta

Pascaharga BBM Naik, Harga Sejumlah Bapok Turun

Pascaharga BBM Naik, Harga Sejumlah Bapok Turun

JOGJA – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dikhawatirkan berbagai pihak akan berdampak pada inflasi. Namun, harga bahan pokok (bapok) di beberapa pasar di Kota Jogja justru mengalami penurunan.

Imron, pedagang sayur dan bapok di Pasar Giwangan membenarkan bahwa harga sejumlah bapok turun. Terjadi antara lain pada cabai merah dan telur. “Sudah turun sekitar dua harian,” lontarnya diwawancarai Radar Jogja di lapaknya Minggu (18/9).

Pemuda 23 tahun ini membeberkan, harga cabai merah awalnya Rp 68 ribu tiga hari lalu. Namun, kini dia menjual cabai merah dengan harga Rp 66 ribu. “Alhamdulillah turun, pembeli jadi naik lagi,” cetusnya.

Sementara untuk telur ayam negeri kini Imron menjual Rp 26 ribu. Tiga hari lalu, dia menjualnya dengan harga Rp 28 ribu. “Samalah dengan cabai turun Rp 2 ribu, sejak dua hari lalu,” ucapnya.

Perantauan asal Jawa Barat itu pun mengatakan, distribusi bapok ke lapaknya lancar. Sehingga harga komoditas yang dijualnya cenderung stabil. “Kayak, beras standar nggak ada kenaikan. Rata-rata turun, ada yang naik cuma sayur karena musim hujan,” bebernya.

Ketika dikonfirmasi, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Jogja Suyana mengungkap hal serupa. Dia menemukan harga sejumlah bapok di Pasar Beringharjo turun. Dalam pemantauan yang dilakukannya bersama jajaran Pemkot Jogja. “Minggu ini, hampir semua mengalami penurunan,” ujarnya.

Dipaparkan oleh Suyana, harga beras dan jagung stabil. Cabai merah keriting turun sekitar 7,3 persen. Harga cabai dari Rp 64.750 jadi Rp 60 ribu. “Cabai rawit turun cukup signifikan dari Rp 62.250 jadi Rp 45 ribu,” ungkapnya.

Sementara pada bawang merah, terjadi penurunan harga sampai 41 persen. Harga bawang merah dari Rp 39.500 turun jadi Rp 23 ribu. “Bawang putih dari Rp 27 ribu jadi Rp 25 ribu,” tuturnya.

Suyana juga mendapati, minyak goreng curah sudah di bawah harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, yaitu Rp 14 ribu. “Kalau minyak goreng sudah di bawah 14 ribu. Sehingga inflasi yang diisukan akan terjadi akibat BBM naik, tidak terjadi,” tandasnya. (fat/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)

Exit mobile version