JOGJA– Pemprov DIJ siapkan anggaran hingga Rp 7 miliar untuk mengatasi laju inflasi yang tinggi imbas dari kenaikan harga BBM. Anggaran ini untuk membantu subsidi ongkos kirim (ongkir) bagi pelaku UMKM.
Sekprov DIJ Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, anggaran tersebut diperoleh dari dua persen Dana Transfer Umum (DTU) yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) dab Dana Bagi Hasil (DBH). “Itu provinsi loh ya, belum kabupaten. Mereka (kabupaten/kota) juga sama dua persen dana transfer umum,” katanya Minggu (18/9).
Aji menjelaskan anggaran kemudian akan disalurkan kepada masyarakat dengan bentuk subsidi ongkir bagi pelaku UMKM. Selain untuk membantu subsidi ongkir juga untuk penyelenggaraan operasi pasar. “Jadi tinggal teruskan yang sudah ada lewat UMKM tinggal teruskan itu,” ujarnya.
Aji menyebut subsidi ongkir bagi pelaku UMKM bukan hal baru. Program tersebut dicanangkan oleh Diskop UMKM DIJ saat awal pandemi Covid-19 merebak. Tujuannya mengurangi beban pelaku UMKM akibat kebijakan pembatasan sosial yang diberlakukan. Pemprov DIJ pun memberi relaksasi kepada usaha kecil dengan menanggung ongkir atas pembelian produk UMKM.
Sejauh ini tercatat ada sekitar 4.000 produk dari 1.800 pelaku usaha yang tergabung dalam program marketplace lokal yang tengah merasakan relaksasi pembayaran ongkir tersebut. “Dengan adanya dana tambahan, diharapkan ada lebih banyak pelaku UMKM yang dapat menerima manfaat,” jelasnya.
Selain itu, upaya menekan laju inflasi juga menggelar kegiatan operasi pasar. Ini untuk menstabilkan harga bahan kebutuhan pokok. Dan diprioritaskan menyasar sejumlah komoditas yang memiliki pengaruh besar terhadap tingkat inflasi di DIJ. “Sudah kita lakukan (operasi pasar) di empat sampai lima pasar. Dengan operasi pasar supaya kemampuan daya beli masyarakat dengan operasi masyarakat bisa lebih murah,” terangnya.
Saat ini angka inflasi di DIJ tercatat tinggi yaitu 5,4 persen. Angka ini mencapai lebih tinggi di atas rata-rata nasional yang hanya 5 persen. Adapun yang andil cukup banyak menyumbang inflasi adalah tiket pesawat. “Yang andil cukup banyak kecuali sembako dan makanan, tiket pesawat itu harga melambung tinggi tapi tetap dibeli masyarakat nah itulah pemicu inflasi,” tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIJ Budiharto mengatakan, angka inflasi di DIJ pada Agustus lalu cenderung menurun jika dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, angka tersebut masih tergolong tinggi. Dia merinci, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) DIJ pada Agustus 2022 tercatat -0,12 persen (mtm). Dengan capaian tersebut secara tahunan tekanan inflasi berada pada level 5,52 persen (yoy). Angka ini sudah menunjukan penurunan dari bulan lalu yang berada di angka 5,70 persen. ” Agustus DIJ mengalami deflasi -0,12 persen, seiring panen komoditas hortikultura khususnya cabai, bawang merah, daging ayam, dan minyak goreng,” katanya.
Pada triwulan ke-II ekonomi DIJ meningkat 5,20 persen, lebih tinggi dari triwulan I yang sebesar 2,91 persen. Pertumbuhan yang tinggi ini menunjukan aktivitas masyarakat yang sudah mendekati normal. “Sehingga mendorong berlanjutnya perbaikan ekonomi,” imbuhnya. (wia/pra)