JOGJA – Menjadi konten kreator itu tidak melulu mengikuti tren yang ada. Praktisi Media Digital, Masyarakat Peduli Media Jogjakarta Budhi Hermanto, punya trik agar konten lebih lama dan tak lekang waktu. Seperti apa?
Gawai ibarat pisau. Jika digunakan untuk hal baik, maka terasa kemanfaatannya. Namun jika disalahgunakan dapat melukai orang lain. “Oleh sebab itu, kuasanya ada di kita. Mau bagaimana memanfaatkan gadget tersebut,” terang Budhi mengawali bincang-bincang netizen di serambi Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) DIY, Senin malam (19/9).
Pemanfaatan gawai menjadi tantangan bagi konten kreator di DIJ. Bagaimana menciptakan konten yang bermanfaat. Mengandung unsur edukasi, mengutamakan nilai moral dan etika di tengah perkembangan teknologi digital saat ini.
“Ada banyak hal yang bisa di angkat di Jogja ini. Misalnya sisi humanisme, kejujuran, kesederhanan, budaya dan lain-lain, dikemas dalam sebuah konten,” jelas Budhi yang juga berprofesi sebagai dosen di beberapa universitas di Jogjakarta ini.
Dari sisi humanisme misalnya dengan merekam kejadian di lingkungan sekitar. Seperti anak sekolah membantu menyebrang jalan. Seorang pedagang menawarkan produknya dengan jujur.
Dari sisi budaya misalnya, menggerakan kegiatan kesenian flashmob yang dapat mengangkat estetika kota bagi wisatawan dan lain-lain. “Atau konten kritik tetapi tidak membenturkan. Kritis boleh tapi tidak menghasut,” katanya.
Disebutkan, konten yang memberikan nilai edukasi dapat menjadi transenter, dapat diikuti orang lain. Konten dapat berumur panjang. “Tidak hanya sekedar mengejar keviralan,” ujarnya.
Konten kreator juga harus pandai memilah informasi yang diterima, dianggap benar dan salah. Sebab, informasi tidak benar dapat menyebabkan nir empati memperkuat kebencian dan cenderung mudah termakan hoax.
“Melalui bincang-bincang netizen ini, kami mengajak pemuda lebih memproteksi, menyaring informasi dan meningkatkan literasi digital. Apalagi sebentar lagi memasuki pemilihan umum serentak, hoaks bermunculan,” tuturnya.
Edukasi ini sifatnya getok tular. Pemuda sebagai influencer konten kreator di DIJ diharapkan berperan aktif mensosialisasikan literasi digital ini kepada masyarakat di lingkungan masing-masing.
Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo DIY Rahmat Sutopo menambahkan, ke depan, instansinya hendak berupaya menggelar rutin diskusi ini. Nantinya bukan hanya pemuda tetapi menyasar seluruh kalangan. Mulai dari anak-anak hingga ibu rumah tangga.
Dia menyebut, dalam satu tahun Diskominfo DIY mentargetkan kurang lebih 100 kegiatan meningkatkan literasi digital kepada masyarakat. Termasuk edukasi kepada masyarakat terkait kebocoran data digital yang terjadi akhir-akhirnya. “Kami minta masyarakat berhati-hati dan tetap santun dan beretika dalam bermedia sosial. Termasuk dalam kegiatan ini,” tuturnya.
Konten kreator asal Bantul Irwan Fitrianto, 22 mengatakan, diskusi ini menarik karena mendewasakan dalam bermedia sosial. Dia menilai literasi digital di Jogja cukup baik bila dibandingkan dengan konten di luar Jogja. “Hanya saja evaluasi kegiatan ini perlu dimasifkan, dengan mengangkat tema-tema menarik dan kreatif,” tandasnya. (bah)