Neutron Yogyakarta

10 Ribu Maggot Bisa Urai 2 Kg Sampah per Hari

10 Ribu Maggot Bisa Urai 2 Kg Sampah per Hari

JOGJA – Tiap TPST Piyungan Bantul ditutup, warga Kota Jogja disibukkan dengan sampah. Padahal jika dikelola sejak hulu, sampah baik organik dan anorganik bisa bermanfaat. Seperti yang dilakukan Kandang Magot Jogja (KMJ). Yang justru banyak mencari sampah organik, terutama sampah olahan dapur (SOD). Makanan kegemaran magot.

Bau khas sampah tercium ketika masuk ke dalam lokasi KMJ. Lokasinya tepat di atas sempadan Kali Winongo di Jalan Jambon V, Kricak, Tegalrejo, Kota Jogja. Dulunya jadi lokasi buang sampah sembarangan. Ada bangunan semipermanen yang berdiri. Satu untuk kandang lalat , rumah biopond, rumah raw material, dan ruang pembelajaran. Saat ini dikelola oleh Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA).

Ketua FKWA DIJ Endang Rohjani mengatakan, program ini jadi salah satu solusi dalam mengurangi sampah, terutama organik di Kota Jogja. Data yang dimiliki, 58,8 persen sampah yang dibuang adalah sampah organik terutama sampah olahan dapur (SOD). Yaitu mengolah sampah organik adalah dengan biokonversi maggot black soldier fly (BSF) . “Maggot BSF kami pilih karena kecepatannya dalam mengurai sampah , setidaknya 10 ribu maggot mampu mengurai 2 kg sampah organik dalam 24 jam,” kata Endang di sela penyerahan CSR dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) di KMJ, Rabu (21/9).

Selain kecepatannya, kata dia, hasil akhir yang didapat adalah maggot dengan kandungan protein 40 persen -50 persen, dengan lemak 20 persen yang sangat bagus untuk pakan ternak unggas dan ikan. Saat ini KMJ mampu mengolah sampah organik 1 – 2 ton perhari. saat ini dengan bantuan dari PT PII mampu menyerap dua ton perhari SOD . “Sehingga kami berharap bisa melayani tidak hanya satu kelurahan tetapi bisa melayani satu kemantren,” tuturnya.

Menurut dia, gerakan ini mengajak masyarakat mau pilah sampah dengan pemberdayan masyarakat . Caranya asyarakat melalui bank sampah di masing2 RW dan dasawisma mengumpulkan sampah di ember yang disediakan, dan untuk setiap 1 kg sampah organic yg terpilah kami hargai Rp 150 atau perember kita hargai Rp 3.500. Sampah tersebut tidak dibeli tapi menghargai upaya pilah sampah. Apalagi di Kota Jogja, gerakan bank sampah sudah cukup massif di hampir setiap RW, namun selama ini bank sampah yang ada masih bermain di anorganic.

Sampai saat ini, lanjut Endang sudah satu Kelurahan Kricak dengan 13 RW telah terlibatkan dalam pengumpulan sampah organic dengan masing-masing dasawisma diberi 2 – 3 ember atau 1 RT bisa 6 – 8 ember. Dari 13 RW tersebut kami bisa mengumpulkan perhari 300 kg sampah. “Ini masih jauh dari target kami dimana jumlah sampah yang ada di Kelurahan Kricak lebih dari sembilan Ton dan 58,8 persennya adalah sampah organik,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT PII, M. Wahid Sutopo dalam sambutannya menyatakan, PT PII berkomitmen untuk senantiasa memberikan manfaat kepada masyarakat. Baik manfaat langsung dari keberadaan proyek yang telah didukung penuh oleh PT PII melalui mandatnya, maupun manfaat tidak langsung yang dilakukan melalui kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. “Program ini dilakukan dengan memaksimalkan pengelolaan sampah organik sejak di hulu yaitu sampah rumah tangga melalui Bio Konversi, budidaya maggot, hingga nantinya ke hilir, dengan mereduksi jumlah sampah organik yang dibuang ke TPST Piyungan,” ujar Sutopo.

Saat ini, selain di Kota Jogja, program ini juga sudah diduplikasi oleh PT PII bersama dengan KKN-UGM di Maluku Tenggara. Selain itu, program CSR ini telah mendapatkan apresiasi dalam Environmental and Social Innovation Awards dengan mendapat penghargaan Gold dalam kategori Inovasi Sosial yang merupakan hasil implementasi program CSR Pengelolaan Sampah Organik dengan Bio Konversi melalui Budidaya Maggot di Jogja. “Hal tersebut membuktikan bahwa program ini betul-betul menjadi program inovasi sosial yang memberikan nilai tambah manfaat bagi masyarakat,” ungkapnya. (pra)

Lainnya