Neutron Yogyakarta

Sudah Mahal, Antre Panjang Lagi…

Pengemudi Betor Sebut Beli Pertalite Lelah dan Menyakitkan
Sudah Mahal, Antre Panjang Lagi…

 

 

 

JOGJA – Pengemudi becak motor (betor) mengeluhkan antrean pembelian bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Antrean panjang melelahkan, padahal penumpang tidak mau menunggu. Sedangkan nelayan dibingungkan oleh perpanjangan izin membeli BBM subsidi.

Ketua Persatuan Becak Motor Yogyakarta (PBMY) Parmin mengaku terpaksa membeli BBM subsidi eceran. Lantaran tidak sanggup membuang waktu 35 menit untuk mengantre. “Nek saya pilih beli di eceran, karena kalau antre penumpang bablas,” ungkapnya kepada Radar Jogja Minggu (25/9).

Pria 57 tahun ini menyebut, dia harus membayar Rp 12 ribu untuk satu liter pertalite eceran. Namun dia diuntungkan dengan kecepatan mendapatkan BBM subsidi itu. Parmin pun tidak lelah mengantre. Dia dapat segera melayani penumpang, sehingga tak sakit hati ditinggal. “Bener, kalau beli pertalite di SPBU itu lelah dan menyakitkan,” sebutnya.

Parmin membeberkan, dia butuh 1,5 liter pertalite per hari saat banyak tarikan. Biasanya, itu terjadi pada akhir pekan atau musim liburan. Namun pada Senin-Kamis, dia hanya membutuhkan sekitar satu liter pertalite per hari. “Ya beli eceran, tapi mencekik. Bagaimana lagi, apa boleh buat,” ujarnya.

Terpisah, Darwan justru dipusingkan dengan surat izin membeli BBM subsidi. Tetua nelayan di Pantai Depok, Bantul, ini juga menggunakan pertalite. Dia harus memperpanjang surat izin beli BBM subsidi secara berkala dua bulan sekali. Perpanjangan dilakukan di Dinas Kelautan dan Perikanan Bantul. “Pusingnya itu, nanti waktu musim tangkapan ikan, malah harus direpotkan mengurus surat,” keluhnya.

Padahal mengantre BBM subsidi saja Parmin setidaknya butuh waktu sekitar 30 menit. Lantaran antrean kerap mengular sampai ke Jalan Parangtritis. “Ini punya saya sekarang mati izinnya, nanti bulan Oktober penghujan. Tangkapan kemungkinan banyak, tapi harus mengurus surat dulu. Harapannya, masa berlaku ini diperpanjang,” ungkapnya.

Sementara itu, Area Manager Communication Relations and CSR Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Bastro Galih Nugroho mengklaim, antrean BBM subsidi tergolong normal. Dia hanya menilik satu SPBU yang didatangi Radar Jogja sebagai contoh, SPBU Dukuh, Mantrijeron, Kota Jogja.

“Menurut pantauan kami, antrean pengisian BBM di SPBU Dukuh, Jalan Parangtritis, Kota Jogja, itu adalah antrean yang tergolong normal,” ujarnya, tanpa memberikan gambaran secara umum.

Dia hanya menyebut, SPBU membuka dua mesin nozzle untuk pengisian BBM bagi kendaraan roda dua. Tanpa menyinggung dua jalur antrean motor yang mengantre pada satu nozzle BBM subsidi pertalite.

Bastro lantas menyebut data, untuk rentang 23 Agustus-3 September 2022 yang dibandingkan 4-15 September 2022. Diketahui, konsumsi pertalite di DIJ mengalami penurunan 14 persen. Tercatat dari 1.671 kiloliter per hari menjadi 1.431 kiloliter per hari. “Penurunan terutama pada konsumsi pertalite kendaraan roda empat,” tandasnya. (fat/laz)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)

Exit mobile version