JOGJA– Dinas Perindustrian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (DPKUKM) Kota Jogja mendukung berkembangnya pelaku usaha fashion di Kota Istimewa. Desainer dan peraga busana muda didorong untuk tampil dalam pagelaran yang terselenggara.
Kepala DPKUKM Kota Jogja Tri Karyadi Riyanto mengatakan, Gubernur DIJ Hamengku Buwono (HB) X ingin menjadikan Jogja pusat mode. “Kami diminta untuk menggali potensi desainer muda di Kota Jogja,” lontarnya dalam jumpa pers yang digelar di Diskominfo Kota Jogja, Selasa (27/9).
Ucapan HB X itu akan dituangkan Tri dalam rangkaian acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-266 Jogja. Melalui pargelaran Pameran Sekati ing Mall#2, DPKUKM berencana menampilkan pameran produk-produk kerajinan, kuliner, dan fashion. “Kegiatan ini akan kami selenggarakan di tiga mal terbesar di Kota Jogja, yaitu Plaza Malioboro, Galeria Mall, dan Lippo Plaza Jogjakarta,” sebutnya.
Selain itu, desainer dan peraga muda asal Kota Pelajar diberi kesempatan untuk tampil dalam Fashion Show on The Street. Direncanakan, Jalan Malioboro akan menjadi red carpet tempat berlenggak-lenggok. “Akan dilakukan penutupan Jalan Malioboro saat berlangsung nanti,” ucapnya.
Tri mengatakan, Jogja memiliki produk fashion yang khas. Kain tradisional yang diproduksi oleh industri kecil menengah (IKM) pun disebutnya beragam. Selain batik yang sudah tersohor, ada lurik, jumputan, dan eco print. “Jadi nanti seluruh rangkaian HUT Jogja ini juga merupakan pengembangan terhadap IKM,” ungkapnya.
Terpisah, Surani, pendiri Sanggar Jumputan Maharani mengaku hampir tidak miliki pemasukan sejak Maret 2020 sampai Februari 2022. Sebab, kain produksinya hanya laku satu atau helai saja dalam sebulan. Namun perempuan 47 tahun ini putar otak untuk tetap memberdayakan warga di sekitarnya. Hingga kini mulai beranjak pulih pascapandemi Covid-19. “Dulu minim dalam sehari terjual Rp 2,5 juta. Sekarang bisa terjual Rp 1,5 juta per bulan sudah alhamdulillah,” sebutnya.
Perempuan yang memulai usaha sejak awal 2011 ini pun menyatakan, pelaku UMKM di Kota Jogja memiliki semangat tinggi. Mencontohkan salah satu temannya yang merupakan pengusaha perak. Rani menceritakan, temannya tidak malu untuk beralih jualan bawang merah sampai petai. “Jogja itu mudah bangkit. Beda dengan wilayah lain. Karena UMKM memiliki semangat tinggi,” cetusnya.
Sementara Penjabat (Pj) Wali Kota Jogja Sumadi turut menyebut, UMKM merupakan salah satu potensi di Kota Gudeg. Keberadaan UMKM membantu pertumbuhan ekonomi selama pandemi. “Daerah lain pertumbuhan ekonominya minus akibat pandemi. Alhamdulillah, Jogja jadi satu-satunya daerah yang ketika pandemi, pertumbuhannya positif 4,16. Karena tidak hanya njagani wisata saja, tapi juga menumbuhkan UMKM,” tandasnya. (fat/laz)