Neutron Yogyakarta

Ditinggal Ayah-Ibu, Nenek Utang Tetangga untuk Operasi

Bocah 15 Bulan Adiva Arsyila Savina Kesulitan Biaya Pengobatan Tumor Jinak
Ditinggal Ayah-Ibu, Nenek Utang Tetangga untuk Operasi

JOGJA – Layaknya batita lainnya, Adiva Arsyila Savina tetap aktif bermain. Berlari ke sana, sini. Tapi jika melihat ke lehernya ada bekas operasi. Ya Diva, sapaanya, baru menjalani operasi untuk menangani tumor jinak. Meski untuk itu kakek-neneknya harus utang ke tetangga.

Lari-lari dan bermain dengan teman di kampungnya jadi keseharian Diva. Seakan melupakan keluhannya yang kerap kesakitan akibat tumor jinak di lehernya. “Pulang setelah operasi aja langsung lari-lari,” kata nenek Diva, Pailah  kepada Radar Jogja, Minggu (2/10).

Ya karena didiagnosa tumor jinak, Diva harus dioperasi. “Untuk operasi dan rawat inap kemarin habis Rp 7,28 juta, hasil pinjam dari tetangga,” kata Hingga kini, hutang tersebut baru bisa dibayar Rp 4 juta. Hasil bantuan dari lembaga amil zakat, infak, sedekah di dekat rumahnya di Mantup RT 11 Baturetno, Banguntapan, Bantul. “Sisanya ya masih dicari,” ungkapnya.

Selepas operasi pun, ternyata Diva belum sepenuhnya bebas dari tumor. Beberapa kali masih timbul benjolan kecil di leher Diva. Kondisi itu pun mengganggu. Karena tiap malam Diva selalu membangunkannya dan menunjuk ke lehernya. “Sambil bilang ‘entit-entit’, kalau sudah dielus-elus baru merem lagi,” tuturnya.

Hal itu membuatnya merasa belum mantap. Apalagi di leher Diva juga ada lubang sebesar jarum yang sering keluar cairan bening. Tapi karena keterbatasan biaya itu pula yang membuat perawatan bocah kelahiran 24 Juni 2021 itu tidak optimal. Sejak dioperasi pada 16 Agustus lalu, harusnya tiap dua pekan Diva kontrol ke rumah sakit. Tapi hingga kini baru dua kali kontrol. “Sekali kontrol biayanya Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu, kami belum ada biaya,” tuturnya.

Diagnosa tumor jinak di leher Diva diketahui awalnya oleh Pailah. Pada awal Agustus lalu, di leher cucunya tersebut muncul benjolan sebesar kelereng. Hanya dalam hitungan hari benjolan makin besar. Hingga sekepalan tangan anak-anak. Diva jadi tidak mau makan, dan sering menangis. “Kalau untuk ndungkluk (menunduk) tidak bisa,” ujarnya.

Saat diperiksakan ke RS Hidayatullah Diva pun direkomendasikan dioperasi. Operasi pun dilakukan tanpa biaya dari BPJS Kesehatan. Masalah administrasi Diva jadi soalnya. Itu karena sejak lahir Diva tek memiliki akta kelahiran. Orang tuanya pun pergi entah ke mana. Sehingga sejak kecil Diva diasuh Pailah.

Dia berkisah jika ibu Diva sempat tersandung kasus hukum. Hingga menjadi warga binaan di Lapas perempuan di Wonosari. Diva lahir saat ibunya masih menjadi warga binaan.  Tapi setelah bebas, ibunya malah pergi. “Kalau ayahnya sejak awal tidak bertanggung jawab,” katanya.

Tapi untuk persoalan administrasi kependudukan Diva, disebutnya sudah dibantu oleh Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) DIJ. Hingga ke Disdukcapil Bantul. Kini sudah memiliki akta lahir, kartu identitas anak dan kartu keluarga jadi satu dengannya.

Dengan modal dokumen administrasi itulah dia akan mendaftarkan Diva dalam kepesertaan BPJS Kesehatan. Dia dan keluarganya menjadi penerima bantuan iur (PBI) di BPJS Kesehatan. Pailah pun berharap semua biaya pengobatan cucunya bisa ditanggung BPJS Kesehatan. Apalagi dia dan suaminya, Suyanto, masih memiliki tanggungan tiga anak yang masih usia sekolah. “Ya harapannya sampai Diva benar-benar sembuh bisa ditanggung BPJS (Kesehatan),” harapnya. (pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)