JOGJA – Layaknya batita lainnya, Adiva Arsyila Savina tetap aktif bermain. Berlari ke sana, sini. Tapi jika melihat ke lehernya ada bekas operasi. Ya Diva, sapaanya, baru menjalani operasi untuk menangani tumor jinak. Meski untuk itu kakek-neneknya harus utang ke tetangga.
Lari-lari dan bermain dengan teman di kampungnya jadi keseharian Diva. Seakan melupakan keluhannya yang kerap kesakitan akibat tumor jinak di lehernya. “Pulang setelah operasi aja langsung lari-lari,” kata nenek Diva, Pailah kepada Radar Jogja, Minggu (2/10).
Ya karena didiagnosa tumor jinak, Diva harus dioperasi. “Untuk operasi dan rawat inap kemarin habis Rp 7,28 juta, hasil pinjam dari tetangga,” kata Hingga kini, hutang tersebut baru bisa dibayar Rp 4 juta. Hasil bantuan dari lembaga amil zakat, infak, sedekah di dekat rumahnya di Mantup RT 11 Baturetno, Banguntapan, Bantul. “Sisanya ya masih dicari,” ungkapnya.
Selepas operasi pun, ternyata Diva belum sepenuhnya bebas dari tumor. Beberapa kali masih timbul benjolan kecil di leher Diva. Kondisi itu pun mengganggu. Karena tiap malam Diva selalu membangunkannya dan menunjuk ke lehernya. “Sambil bilang ‘entit-entit’, kalau sudah dielus-elus baru merem lagi,” tuturnya.
Hal itu membuatnya merasa belum mantap. Apalagi di leher Diva juga ada lubang sebesar jarum yang sering keluar cairan bening. Tapi karena keterbatasan biaya itu pula yang membuat perawatan bocah kelahiran 24 Juni 2021 itu tidak optimal. Sejak dioperasi pada 16 Agustus lalu, harusnya tiap dua pekan Diva kontrol ke rumah sakit. Tapi hingga kini baru dua kali kontrol. “Sekali kontrol biayanya Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu, kami belum ada biaya,” tuturnya.
Diagnosa tumor jinak di leher Diva diketahui awalnya oleh Pailah. Pada awal Agustus lalu, di leher cucunya tersebut muncul benjolan sebesar kelereng. Hanya dalam hitungan hari benjolan makin besar. Hingga sekepalan tangan anak-anak. Diva jadi tidak mau makan, dan sering menangis. “Kalau untuk ndungkluk (menunduk) tidak bisa,” ujarnya.
Saat diperiksakan ke RS Hidayatullah Diva pun direkomendasikan dioperasi. Operasi pun dilakukan tanpa biaya dari BPJS Kesehatan. Masalah administrasi Diva jadi soalnya. Itu karena sejak lahir Diva tek memiliki akta kelahiran. Orang tuanya pun pergi entah ke mana. Sehingga sejak kecil Diva diasuh Pailah.
Dia berkisah jika ibu Diva sempat tersandung kasus hukum. Hingga menjadi warga binaan di Lapas perempuan di Wonosari. Diva lahir saat ibunya masih menjadi warga binaan. Tapi setelah bebas, ibunya malah pergi. “Kalau ayahnya sejak awal tidak bertanggung jawab,” katanya.
Tapi untuk persoalan administrasi kependudukan Diva, disebutnya sudah dibantu oleh Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) DIJ. Hingga ke Disdukcapil Bantul. Kini sudah memiliki akta lahir, kartu identitas anak dan kartu keluarga jadi satu dengannya.
Dengan modal dokumen administrasi itulah dia akan mendaftarkan Diva dalam kepesertaan BPJS Kesehatan. Dia dan keluarganya menjadi penerima bantuan iur (PBI) di BPJS Kesehatan. Pailah pun berharap semua biaya pengobatan cucunya bisa ditanggung BPJS Kesehatan. Apalagi dia dan suaminya, Suyanto, masih memiliki tanggungan tiga anak yang masih usia sekolah. “Ya harapannya sampai Diva benar-benar sembuh bisa ditanggung BPJS (Kesehatan),” harapnya. (pra)