Neutron Yogyakarta

Polarisasi Politik Menghambat Kemajuan Bangsa

Polarisasi Politik Menghambat Kemajuan Bangsa

JOGJA – Perkumpulan Indonesia Muda (PIM) selenggarakan diskusi publik. Bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila, acara mengusung tema Polarisasi Politik dan Kemajuan Bangsa.

Ketua PIM DIJ Nanang Hartanto mengatakan, kegiatan yang diselenggarakannya merupakan diskusi kebangsaan. Kegiatan ini seiring dengan semangat PIM yang digagas oleh aktivis 1998. Mulai nampak gejala adanya polarisasi politik, sementara semarak Pemilu 2024 mulai mengemuka. “Kami melihat kondisi bangsa saat ini, demokrasi dan politik, menggugah hati kami para aktivis untuk bisa berpartisipasi dalam pemilu ke depan,” lontarnya pada wartawan sebelum diskusi dimulai Sabtu (1/10).

Nanang pun menambahkan, PIM kini telah tersebar di 17 provinsi se-Indonesia. Diskusi yang diselenggarakannya, mengawali rangkaian duskusi serupa yang akan digelar pada lima kota lain se-Jawa. “Kami ingin mendorong agar negara ini tidak terjebak dalam polarisasi yang dapat menghambat kemajuan bangsa,” tegasnya.

Ketua Umum PIM Yodhisman Sorata menambahkan, organisasinya berdiri secara legal formal pada 2018. Dibenarkan olehnya, anggota PIM merupakan aktivis yang mulai berkumpul sejak sebelum Orde Baru tumbang. “Kami merasa perlu membuat satu wadah, yang diberi nama Perkumpulan Indonesia Muda. Kami hanya berkontribusi saja, apa yang bisa diperbuat untuk Ibu Pertiwi dalam hal sosial, budaya, dan politik,” ucap Odis, sapaan akrabnya.

Odis berharap, semangat yang dulu pernah diupayakan untuk menggulingkan rezim orde baru terjaga sampai sekarang. Lantaran dinilai, polarisasi politik di Indonesia cenderung meruncing. “Apa lagi dua periode kemenangan Jokowi melawan Prabowo. Sampai saat ini residunya masih dirasakan,” sesalnya.

Oleh sebab itu, Odis mengapresiasi PIM DIJ yang mengusung tema diskusi Polarisasi Politik dan Kemajuan Bangsa. Tema yang dipilih jadi pengingat, berpolitik itu harus santun, beradab, dan berkebudayaan. “Tahun depan, sudah akan mulai rangkaian pileg dan pilkada. Kami ingin polarisasi tidak terjadi pada Pemilu 2024. Kontestasi cukup saat itu saja, selesai pemilu seharusnya kita sudah bareng lagi,” dia menekankan. (fat/eno)

Lainnya

Exit mobile version