SLEMAN – BMKG Stasiun klimatologi Sleman memprediksi terjadinya potensi cuaca ekstrem. Hal ini terjadi dalam periode masa peralihan musim kemarau ke penghujan. Diperkirakan mulai pertengahan Oktober potensi hujan sudah konsisten.
“Diprediksi hujan sedang dan lebat dapat disertai petir dan angin kencang terjadi pada siang hingga sore menjelang malam hari,” ujar Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun klimatologi Sleman Etik Setyaningrum Senin (3/10).
Etik menjelaskan, berdasarkan analisis dinamika atmosfer terkini, diidentifikasi terdapat pusat tekanan rendah di perairan sebelah barat Sumatera. Hal ini mengakibatkan adanya belokan angin dan perlambatan angin di atas wilayah DIJ.
Kemudian memicu pertumbuhan awan-awan hujan, terutama awan cumulonimbus di DIJ. “Bulan Oktober ini diprakirakan hujan wilayah DIJ berkisar 150-500 mm/bulan. Masuk kriteria menengah hingga tinggi,” tambahnya.
Etik mengimbau masyarakat agar mewaspadai masa peralihan yang berpotensi cuaca ekstrem. Terutama bagi yang tinggal di daerah rawan banjir dan longsor seperti dekat bantaran sungai. “Waspada potensi genangan, banjir maupun longsor,” ujarnya.
Ia juga mengimbau petani untuk mementukan pola tanam yang disesuaikan dengan awal musim hujan yang terjadi pada pertengahan Oktober 2022.
Kepala Pelaksana BPBD Sleman Makwan sempat melaporkan dampak hujan lebat berdurasi lama pada Minggu (2/10). Menyebabkan beberapa fasilitas mengalami kerusakan di tiga kapanewon. “Hujan dengan durasi lama berdampak Kapanewon Depok ada talud jalan longsor, luapan sungai Gajah Wong setinggi mata kaki orang dewasa ke halaman rumah warga. Kapanewon Mlati ada dapur ambrol, Kapanewon Ngemplak ada pagar bangunan Koramil Ngemplak ambrol, dan Kapanewon Ngaglik ada jembatan ambrol,” jelasnya.
Awas, Pohon Tumbang
hingga Tanah Longsor
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIJ Biwara Yuswantana mengatakan, dampak dari hujan deras disertai angin kencang sudah mulai dirasakan di wilayah DIJ. Ada beberapa kejadian, seperti hujan deras yang terjadi secara merata pada Minggu (2/10). “Memang ada yang berdampak, tapi datanya masih menunggu,” katanya kemarin (3/10).
Biwara menjelaskan beberapa kejadian itu di antaranya membuat sungai Gajah Wong meluap dan mengakibatkan empat rumah penduduk di daerah Karang Bendo dan Pedak Baru, Banguntapan, Bantul tergenang air. Kemudian di Jalan Wonosari dilaporkan terdapat saluran air yang meluap sehingga membahayakan pengendara.
Selain itu juga dilaporkan peristiwa tanah longsor di daerah Piyungan, Bantul. “Data lengkapnya baru kita diasesmen. Tidak terlalu parah dan tidak kemudian menimbulkan korban,” ujarnya.
Menurutnya, wilayah DIJ diprediksi akan memasuki musim hujan ini pada dasarian kedua bulan Oktober. Atau DIJ akan memasuki musim hujan pada akhir Oktober 2022 ini. Antisipasi dan berbagai upaya dilakukan instansi ini untuk meminimalisasi potensi ancaman bencana. Salah satunya adalah mengintensifikasi pemangkasan pohon-pohon perindang yang rimbun dan berusia tua.
Selain itu, pihaknya juga rutin menginformasikan secara berkala kepada masyarakat untuk mengurangi faktor-faktor risiko ancaman yang dipicu oleh peristiwa alam. Masyarakat pun diminta waspada dan peka terhadap kemungkinan potensi-potensi ancaman bencana tersebut agar bisa dihindari.
“Angin kencang bisa jadi bencana jika bertemu dengan pohon yang rapuh pohon tua, terlalu rimbun atau bangunan kita karena kondisi usia atau mungkin kurang kuat mudah kebawa kabur. Itu saya kira yang perlu dilakukan masyarakat,” tambahnya.
Sekprov DIJ Kadarmanta Baskara Aji meminta kepada kabupaten/kota agar melakukan berbagai persiapan menghadapi musim pancaroba ini. Persipan itu, di antaranya, pemangkasan pohon-pohon yang bepotensi tumbang, melakukan pengecekan terhadap sungai-sungai, selokan agar tidak terjadi banjir.
Ini karena disebut bahwa di awal musim hujan dengan debit yang cukup banyak dan waktunya lama dikhawatirkan bisa memicu terjadinya banjir jika selokan kotor maupun arus air di sungai juga tidak lancar.
“Teman-teman di kabupaten/kota juga sudah menindaklanjuti itu. Teman-teman provinsi lewat Dinas PUP-ESDM juga sudah melakukan monitoring terhadap sungai-sungai sesuai dengan kewenangannya,” katanya.
Selain itu, persiapan lain juga berkaitan dengan alokasi anggaran khusus untuk menghadapi musim pancaroba ini. Manakala terjadi peristiwa bersifat darurat anggaran biaya tak terduga (BTT) bisa disiapkan untuk penanggulangannya. (lan/wia/laz)