Neutron Yogyakarta

Perwakilan G20 Datangi FOI Jogja di Suryaputran

Perwakilan G20 Datangi FOI Jogja di Suryaputran

JOGJA – Pengurangan food waste menjadi perhatian Indonesia dan negara-negara di dunia sesuai komitmen dalam Sustainable Development Goals (SDGs) ke-12 poin ke-3. Karena itu Foodbank of Indonesia (FOI) Jogja di Suryaputran PB III 107, Panembahan, Kraton menjadi tujuan field trip para peserta Regional Technical Workshop on Food Loss and Waste (FLW) G20.

Menurut pendiri FOI M. Hendro Utomo, dalam operasinya, FOI atau bank pangan akan mengumpulkan, memilah, mengolah, dan mendistribusikan makanan berlebih kepada para penerima manfaat. Sasarannya terutama pada kelompok usia anak-anak dan orang tua yang tinggal sendirian. “Fokus kami pada anak-anak di usia emas, supaya tak kekurangan gizi sehingga nanti saat besar bisa berdiskusi dengan warga dari berbagai negara,” kata Hendro, Kamis (6/10).

Dalam praktiknya, FOI berharap dari produk pangan berlebih di perusahaan maupun rumah tangga. Produk makanan yang tidak terjual atau tidak dikonsumsi bisa dimasukkan ke bank pangan. Di sektor swasta, FOI sudah bekerjasama dengan JNE dan Superindo. Setiap pekannya, JNE akan mengambil produk makanan kering dari Superindo untuk didistribusikan ke bank pangan. “Sementara ini makanan kering, seperti biskuit, bahan mi, tepung, kacang merah atau kacang hijau,” jelasnya.

Makanan kering tersebut kemudian dimasak oleh dapur yang terdapat di sekolah maupun posyandu lansia. Menurut dia, meski disebut dapur, minimal hanya terdapat kompor kecil untuk memanaskan makanan. Hal itu diperlihatkan pada peserta Regional Technical Workshop on FLW G20 saat berkunjung ke TK Negeri 3 dan Posyandu Sunthi.

Meskipun begitu, Hendro memastikan keamanan produk tersebut. Dalam hal ini FOI memiliki dewan pakar yang salah satunya dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Dia mencontohkan, produk yang dikirim toko seperti sarden yang kondisinya labelnya rusak dan tidak bisa dijual. Padahal isinya masih dalam kondisi baik. “Yang tidak terjual tapi maish bagus, itu yang kami distribusikan ke masyarakat,” ungkapnya.

Head of Media Relations JNE Express Kurnia Nugraha menambahkan, kerjasama JNE dengan FOI sudah berlangsung empat tahun. Sejak 2018 lalu. Per tahun, katanya JNE mendistribusikan hingga 600 ton bahan pangan ke berbagai lokasi. Di Jogja sendiri per tahunnya mencapai hampir 80 ton. “Semua 100 persen gratis, karena sesuai dengan tagline kami, connecting happiness membawa kebahagiaan untuk semua,” katanya. (vis/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)

Exit mobile version