Neutron Yogyakarta

Tidak Sama dengan Temuan Menkes

Tidak Sama dengan Temuan Menkes

SLEMAN – Dari 13 kasus yang ditangani RSUP Dr Sardjito, ditemukan fakta lain. Dokter Spesialis Nefrologi Anak atau Ginjal Anak di RSUP Dr Sardjito, Kristia Hermawan menyebutkan, dari biopsi terhadap tiga pasien gangguan ginjal akut , tidak ditemukan indikasi kristal tajam pada ginjal pasien anak.

Hal ini tidak sama dengan pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.  Sebagaimana disampaikan, penyebab gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal (GgGAPA) karena ditemukan zat kimia yang membentuk kristal tajam pada ginjal.

“Hasil biopsi dari pasien yang sudah kami kerjakan, tiga pasien. Satu pasien tidak membutuhkan cuci darah, dua lainnya membutuhkan cuci darah tetapi tidak menemui kristal pada ginjal,” ungkap pria yang akrab disapa Kris kepada wartawan kemarin.

Umumnya pada pasien gangguan ginjal terjadi infeksi atau peradangan. Pada pipa terdapat lapisan sel-sel yang berfungsi menarik kembali zat yang diperlukan tubuh maupun membuang zat yang tidak diperlukan tubuh. Ada sel mati dan bentuknya tidak normal. Jika tidak normal maka tidak mampu menjalankan fungsinya.

“Nah ini yang sedang kami cermati. Ada indikasi berbeda dari pasien gagal ginjal yang kami tangani. Untuk kadar serum ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE) belum kami temukan,” bebernya.

Kendati begitu pihaknya tengah mengirimkan sampel ke laboratorium pusat di Jakarta guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pelacakan penyebab gagal ginjal akut progresif atipikal telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari Kemenkes, di antaranya dengan melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat sirup. Serta melalui pemeriksaan toksikologi untuk mengetahui ada tidaknya EG/DEG dalam darah atau urine pasien.

Tim medis juga telah melakukan biopsi atau pengambilan contoh jaringan ginjal pada beberapa pasien agar dapat mengidentifikasi profil kerusakan yang terjadi. Kemudian menelusuri penyebab kerusakan jaringan tersebut.

Sementara itu Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DIJ dr Tunjung Wibowo meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan apabila mendapati anak mengalami gejala gagal ginjal akut. Orang tua diharapkan waspada, terutama yang memiliki anak di bawah usia 6 tahun. Bilamana mengalami penurunan volume atau frekuensi urine, baik dengan atau tanpa gejala demam serta diare.

“RSUP Dr Sardjito juga telah intens melakukan komunikasi, baik dengan Kemenkes, Dinkes DIJ, dan stakeholder lainnya. Menyikapi hal ini, dihimbau masyarakat mengikuti anjuran pemerintah untuk sementara tidak mengonsumsi obat-obatan yang dilarang dikonsumsi,”  tandasnya. (mel/laz)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)