Neutron Yogyakarta
Antisipasi Tarif Nuthuk selama Libur Nataru

Sebelum Beli Tanya Harga Dulu

Sebelum Beli Tanya Harga Dulu

JOGJA – Salah satu hal yang perlu diwaspadai menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) adalah fenomena nuthuk atau tarif harga tidak wajar. Ini kerap terjadi di tempat parkir atau pedagang dadakan. Pemprov DIJ meminta para wisatawan mewaspadai hal ini, perlu aktif bertanya.

Sekprov DIJ Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, fenomena nuthuk harus diantisipasi. Ini agar tidak mencoreng citra pariwisata Jogjakarta sepanjang libur Nataru. Sanksi menanti para pelaku nuthuk jika hal ini terjadi. “Kalau di tempat parkir yang resmi jelas itu tidak terjadi (fenomena nuthuk). Di pedagang yang sudah menetap seperti Teras Malioboro sudah kita atur. Ada sanksi kalau melakukan itu,” katanya Minggu (18/12).

Aji menjelaskan fenomena nuthuk tersebut kerap terjadi di kala momentum liburan seperti Nataru. Yang sering terjadi adalah nuthuk di tempat parkir liar atau pedagang dadakan. Terkait hal ini, diakuinya memang sulit dilakukan pengawasan. Maka, pemprov meminta wisatawan selektif memilih lokasi parkir maupun tempat makan terutama yang ada daftar menu sekaligus harganya. Jika tidak, wisatawan bisa bertanya langsung terkait harga untuk mendapat kepastian. “Begitu berhenti mau cari tempat parkir atau mau makan beli sesuatu tanyakan dulu harganya, yang penting ada tawar menawar kan,” ujarnya.

Demikian pula untuk parkir, wisatawan diimbau memarkir kendaraannya di kantong-kantong parkir resmi yang disiapkan pemerintah. Seperti di seputaran Malioboro terdapat parkir Ngabean yang berada di Jalan Wahid Hasyim atau sebelah barat Malioboro, Parkir Beskalan, Taman Parkir Abu Bakar Ali, dan tempat parkir di Jalan Ahmad Yani serta Jalan Pabringan. “Jadi kalau diabani tukang parkir untuk parkir di sini tanya dulu harganya berapa. Itu yang kami sulit kendalikan,” jelasnya.

Kepala Dinas Pariwisata DIJ Singgih Raharjo mengatakan, seluruh pelaku wisata diminta bekerja sama untuk mencegah fenomena nuthuk tersebut. Sebab, fenomena nuthuk dapat membahayakan citra pariwisata di Jogjakarta. Karena sudah persiapan secara baik untuk pelaku pariwisata, baik itu sarana prasarana maupun SDM dan paket-paket wisata. “Tapi dicederai hal seperti itu (nuthuk) kan nyesek ya,” katanya.

Pihaknya selalu berkoordinasi dengan ekosistem pariwisata baik itu komunitas maupun OPD lainnya untuk melakukan pengawasan mencegah fenomena tersebut. Ini agar wisatawan lebih sering datang ke Jogja dan semakin nyaman serta aman. “Seperti parkir makanan dan sebagainya saya kira kita harus sama-sama memberikan punishment supaya Jogja tidak diciderai,” tambahnya. (wia/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)

Exit mobile version