RADAR MAGELANG – Penunjang terbesar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul ada di sektor pertanian. Bahkan sektor ini mampu menopang ketahanan pangan wilayah Bumi Handayani mencapai 6-8 bulan.
“Sehingga jika terjadi sesuatu terhadap Gunungkidul kita bisa bertahan hidup 2-3 bulan bertahan dengan hasil pertanian saat ini,” ungkap Bupati Gunungkidul Sunaryanta usai acara simbolis penyerahan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) di Kantor Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul kemarin (29/3).
Karena sektor pertanian menjadi penopang perekonomian, petani diharapkan semangat mengembangkan pertanian sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan. “Pertanian di Gunungkidul sebagai salah satu indikator peningkatan pertumbuhan ekonomi yang paling besar yakni mencapai 24 persen,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala DPP Gunungkidul Rismiyadi mengatakan, pada periode panen tahun ini diperkirakan produksi padi mencapai 223.966,19 ton. Rata-rata produksi padi mencapai sekitar 52,31 kuintal per hektare.
Sementara total lahan yang ada sebanyak 42.819 hektare. Dari jumlah 42.819 hektare lahan, diperkirakan mampu menghasilkan 223.986,19 ton padi. “Sehingga stok nantinya masih mencukupi kebutuhan,” kata Rismiyadi.
Lebih jauh dikatakan, bantuan alat pertanian modern dapat meningkatkan gairah kelompok untuk perkembangan pertanian. Selanjutnya kelompok tani diharapkan segera membuat manajemen pengelolaan alat dengan baik. “Ada 45 unit alat dan mesin pertanian diberikan kepada kelompok tani. Terdiri dari 35 hand tractor dan 10 cultivator,” ujarnya.
Rincian 35 unit hand tractor kita berikan kepada kelompok tani, 5 unit cultivator untuk petani tembakau, dan sisanya untuk Balai Penyuluh Pertanian (BPP) sebagai garda terdepan penyuluhan pertanian. “Bantuan alat dan mesin pertanian bersumber dari APBD 2023 dengan total Rp 916.065.000,” tandasnya. (gun/eno/sat)