Neutron Yogyakarta

Siswa Disabilitas Diajak Berkeliling Sumbu Filosofi

Siswa Disabilitas Diajak Berkeliling Sumbu Filosofi
KENALKAN SEJARAH : Keterangan foto Yaketunis Jogja diajak keliling Jogja ke tempat tempat sejarah dan Buka bersama.(RIZKY WAHYU/RADAR JOGJA)

RADAR MAGELANG – Sebanyak 50 siswa tuna netra diajak berkeliling Jogja. Dengan menggunakan bus, mereka melewati beberpa sumbu filosofi, seperti Pojok beteng, Titik Nol Kilometer, Tugu Jogja dan beberpa kampus ternama di Jogja.

CEO biro perjalanan Lestari Wisata Jogja Imam Prayitno mengatakan, kegiatan ini sebagai wujud kepeduliaan antar sesama. Khususnya kepada siswa dari Yaketunis. Selain itu juga sebagai momentum indah berbagi Ramadhan 1444 H.
“Anak-anak cukup menikmati perjalanan keliling Jogja. Mereka tampak antusias dan riang gembira sembari perform hadroh di dalam bus,” ujar Imam.

Kemudian, mereka menunaikan Salat Ashar berjamaah di Masjid Kristal Budi Mulia Yogyakarta. Mengungjungi situs sejarah sekaligus foto bersama di Candi Plaosan, dan rombongan mengadakan doa sekaligus buka puasa bersama di Maduroso Resto Prambanan.

Imam mengatakan, kedepanya kegiatan seperti ini dapat menghadirkan inovasi event yang bermanfaat bagi sesama. Dalam rangka mewujudkan pribadi yang peduli, pribadi yang soleh secara sosial, budaya maupun spiritual. “Tentu saja kegiatan seperti ini juga berguna untuk kita semua baik untuk mendidik secara emosional maupun secara spiritual,” ungkapnya.

Salah satu peserta yang bersala darai Jambi Raka Hidayatulah juga mengungkapkan bahwa ia senang dengan adanya acara seperti ini. Dia mengatakan bahwa ia baru sekali mengikuti kegiatan ini. “Kegiatan ini sangat menarik bagi saya dan ini juga sangat membantu saya karena saya besok kedepannya bercita-cita menjadi guru,” jelasnya.

Seorang Wali Murid yang bertempat tinggal di Jogokariyan Dwi Nugroho menjelaskan, anak-anak sangat senang mengikuti acara semacam ini karena mereka bisa tau dan belajar tentang peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di Jogja. “Kami tidak hanya sekedar jalan aja karena ada tuor gaitnya yang memberitau kita tentang apa saja yang ada di luar,” tuturnya.

Tak hanya itu saja, Dwi mengutarakan bahwa para penyandang disabilitas jangan untuk dikasihani dan harus dirangkul karena menurutnya mereka mempunyai kemampuan dan potensi di dalam diri mereka. “Mereka juga punya harapan bahwa mereka juga mampu untuk membangun negeri ini, karena sudah banyak teman-teman kita yang sudah menjadi dosen atau guru,” tungkasnya. (cr2/bah/sat)

Lainnya

Exit mobile version