Neutron Yogyakarta

Penjualan Paket Menu Buka Puasa Lesu

Penjualan Paket Menu Buka Puasa Lesu
SAJIKAN MENU: Executive Chef Jerri Irwandoko saat memperlihatkan menu buka puasa di Hotel Atria Magelang. Animo pengunjung untuk berbuka puasa di hotel dirasa menurun dibanding tahun lalu.(Naila Nihayah/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Tahun ini, penjualan paket menu berbuka puasa sedikit lesu. Beberapa hotel, restoran, maupun kafe yang menyediakan paket tersebut, cenderung membidik perorangan, komunitas, hingga anak-anak sekolah daripada pegawai pemerintahan di tingkat atas.

Hal itu disebabkan adanya larangan pemerintah menggelar acara buka bersama bagi pejabat maupun pegawai ASN. Sehingga penjualannya dirasa kurang maksimal. Kendati begitu, buka puasa bersama masih menjadi tren yang membawa keuntungan bagi penyedia jasa.

Director of Sales Marketing Atria Hotel Magelang Nike Ariestya mengatakan, kondisi yang lesu ini tidak sepenuhnya imbas dari larangan tersebut. Tapi, aktivitas mereka banyak yang berkurang saat Ramadan. “Mereka (para pegawai pemerintah, Red) seperti memadatkan (kegiatan, Red) di Februari atau memindah kegiatannya di Mei,” bebernya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Saat berkegiatan pun, kebanyakan akan selesai pada siang hari atau half day.

Ketika menginginkan makanan atau snack, kata dia, mereka lebih memilih agar bisa dibawa pulang. Dia tidak menampik, larangan kegiatan buka puasa bersama ini, memberikan dampak yang cukup signifikan bagi hotelnya.
Dibanding tahun lalu, penjualan paket buka puasa jelas mengalami penurunan. Lantaran pada Ramadan sebelumnya, banyak instansi pemerintah yang menggelar kegiatan di hotel dan mengambil paket fullboard. Kondisi tersebut, dimungkinkan juga dirasakan oleh hotel, restoran, maupun kafe lainnya.

Nike menyebut, Hotel Atria bisa menjual lebih dari 8.000 paket buka puasa selama Ramadan. Atau 250-an paket per hari. Kali ini, hanya mampu menjual separonya atau lebih dari 100-an paket per hari. “Buka bersama (bukber) dari ASN nggak ada. Mereka diganti dengan paket meeting yang selesainya siang, atau sore tapi tidak sampai magrib. Makanannya diganti dan bisa dibawa pulang,” katanya.

Kendati begitu, dia menilai, minat masyarakat umun maupun komunitas untuk buka bersama di hotel mengalami peningkatan. Karena dibanding minggu pertama Ramadan, ada tren kenaikan penjualan paket buka puasa pada dua minggu terakhir. Bahkan, pesanan paket tersebut sudah diterima sejak memasuki awal Ramadan.

Kondisi tersebut juga dirasakan oleh pemilik Nalendro Cafe Borobudur, Usep Syarifudin. Larangan bukber bagi pejabat maupun pegawai ASN tentu berpengaruh terhadap kafenya. “Selama bulan puasa, saya nggak melihat ada kelompok ASN yang datang ke tempat kami. Yang tadinya kami dapat pesananan rombongan 40-50 orang, kemarin harus nelateni dua hingga tiga orang,” keluhnya.

Bahkan, kondisi tersebut juga berimbas pada menu yang disajikan. Yang semula membidik pejabat, pegawai ASN, atau BUMN, justru disesuaikan dengan selera anak-anak sekolah. Dia menyebut, penurunan pengunjungnya diperkirakan lebih dari 50 persen.

Usep berharap, momentum libur Lebaran nanti dapat menjadi obat bagi dirinya. Karena berkaca dari tahun sebelumnya, ada kenaikan jumlah tamu yang datang ke kafenya. “Prediksinya jelas (naik, Red). Ketika tingkat hunian (hotel) bagus, otomatis beberapa tempat di sekitarnya, termasuk restoran, UMKM, maupun destinasi akan kecipratan ramainya,” bebernya.

Untuk mengantisipasi lonjakan tamu yang datang ke kafenya saat masa libur Lebaran, dia telah merekrut sejumlah karyawan tidak tetap. Selain itu, ada penyesuaian menu makanan. Yakni dengan menghapus beberapa menu yang sekiranya dapat membuat tamu menunggu lama. (aya/eno/sat)

Lainnya