RADAR MAGELANG – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo memilih Kebumen sebagai lokasi kunjungan kerja perdana pascadilantik. Dia mengawali kunjungan dengan menonton pacuan kuda di Lapangan Tegalrejo, Desa Ambalresmi, Kecamatan Ambal, Kamis (27/4).
Dito cukup terkesan dengan turnamen pacuan kuda tersebut. Gelaran rutin tahunan itu dinilai sangat cocok menjadi magnet pemersatu kerukunan antar warga. “Ini kunjungan pertama saya ke daerah, titik pertama ke Kebumen. Setelah tiga hari dilantik, bupati langsung nyamperin saya dan bercerita banyak. Akhirnya sampai Kebumen juga,” katanya, di hadapan penonton pacuan kuda.
Menurutnya, pacuan kuda di pesisir selatan Kebumen itu adalah sebuah kekayaan karena memuat kolaborasi antara nilai budaya dan religi. Dia berharap turnamen yang sudah mengakar di masyarakat ini tetap lestari. “Kita tahu pacuan kuda di Ambal sudah ada sejak 1957. Ini kebudayaan sangat bagus. Dan berkuda ini memang sunah rasul. Saya lihat masyarakat sangat antusias,” ungkapnya.
Dito pun meminta gelaran pacuan kuda di Ambal bisa berlangsung tidak hanya sekali dalam setahun. Namun bisa masuk beberapa kali dalam kalender kegiatan kabupaten. Pihaknya mengaku siap memberikan dukungan atas rencana turnamen di tahun depan. “Saya harap ini bisa berlangsung setahun bisa dua kali. Konsep tetap, jangan dirubah dan harus diiringi dengan budaya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Pacuan Kuda Ambalresmi Asmita menyampaikan, pacuan kuda menjadi bagian tak terpisahkan masyarakat Kebumen, khususnya yang tinggal di sepanjang pesisir pantai selatan. Tradisi ini menjadi agenda rutin setiap libur lebaran tiba. “Peninggalan dari nenek moyang kita. Saya kecil sudah ada. Sekarang diteruskan anak cucu,” terangnya.
Pacuan kuda ini masih mempertahankan unsur tradisional. Mulai dari alunan musik pengiring hingga pembatas lintasan yang masih terbuat dari potongan bambu dan jaring. Konsep ini sengaja dipertahankan untuk menambah kesan natural. “Semua dikelola warga lokal. Memang tujuan untuk memberdayakan orang sini,” sambungnya.
Asmita menyebut, pada kejuaraan yang digelar selama empat hari itu memperebutkan total hadiah senilai Rp 111 juta. Sebanyak 127 ekor kuda dari berbagai daerah saling beradu kecepatan dalam 29 kelas yang dilombakan. “Sudah tingkat nasional. Paling jauh ada dari Kalimantan datang. Kami sediakan track dengan panjang 1.000 meter,” bebernya. (fid/pra/sat)