RADAR MAGELANG – Suasana arus balik libur Lebaran di sejumlah titik pantau Kamis (27/4) cukup landai. Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Sleman memprediksi puncak gelombang arus balik terjadi dua kali. Yakni 25 April lalu dan 30 April mendatang.
Koordinator Posko Monitoring Lebaran Dishub Sleman Marjana menjelaskan, pantauan di Pos Pantauan Prambanan dan Tempel itu cukup padat. Dari perhitungan data di provinsi sudah 215 ribu kendaraan per 25 April kemarin. “Itu dari pintu Prambanan, Tempel dan Jalan Wates,” Marjana, dihubungi Kami. Dari jumlah tersebut, didominasi kendaraan pribadi roda dua dan roda empat.
Dia menjelaskan, puncak gelombang arus balik dipreduksi terjadi dua kali, pasca Presiden Joko Widodo memperbolehkan perpanjangan masa cuti mudik lebaran 2023. Keputusan tersebut diumunkan 24 April lalu dan berlaku untuk aparatur sipil negara (ASN), TNI, Polri, BUMN dan karyawan swasta.
Sehingga, menurutnya tak sedikit pemudik di DIJ khususnya di Sleman yang urung meninggalkan kabupaten bermotto Sembada ini. Meski demikian, diprediksi puncak arus balik didominasi 25 April kemarin. Pada gelombang dua diperkirakan arus balik bisa sampai tanggal 1 Mei (tanggal merah).
Marjanto yang juga menjabat Kepala Bidang Angkutan dan Keselamatan Dishub Sleman itu menyebutkan lebih dari 50 persen kendaraan keluar dari Sleman melalui pintu Tempel. Artinya jumlah kendaraan yang keluar melalui jalur tersebut mendominasi dibandingkan melewati jalur Prambanan dan Jalan Wates.
Berdasarkan pemantauan, selain pemudik kendaraan keluar masuk ke Sleman juga para pelancong. Kendati sempat terjadi kepadatan lalu lintas tetapi dapat dikendalikan.
Adapun titik kemacetan lalu lintas terjadi di simpang empat Jalan Jogja-Solo di wilayah Prambanan perbatasan Sleman dan Klaten. Pada puncak arus balik kemarin, kemacetan terpantau lebih dari 1 kilometer hingga simpang tiga Jalan Prambanan-Piyungan-Wonosari. “Sehingga dilakukan rekayasa lalu lintas dan dengan dibantu petugas untuk mengurai kemacetan lalu lintas kendaraan,” ungkap Marjana.
Demikian juga di sepanjang Ringroad utara, puncak kepadatan volume kendaraan terjadi di trafik-trafik rambu alat pemberil isyarat lalu lintas (APILL).
Mariana, 36, warga Sleman memilih menunda mudik hingga Sabtu 29 April mendatang guna menghindari kepadatan lalu lintas. Di sisi lain menekan biaya ongkos balik menuju Kota Metropolitan. “Beruntung diperbolehkan menunda mudik oleh pimpinan tempat saya bekerja. Sehingga tidak penat di jalan karena macet. Selain itu sedikit mengurangi ongkos naik bus, karena pemudik mulai landai,” bebernya. (mel/bah)