Neutron Yogyakarta

Pelayanan Cuci Darah Dilempar ke Luar Daerah

Pelayanan Cuci Darah Dilempar ke Luar Daerah
OVER KAPASITAS - Rumah sakit pelat merah RSUD Wonosari, Kabupaten Gunungkidul ini melayani pasien cuci darah dengan kapasitas mesin terbatas.(GUNAWAN/RADAR JOGJA)

RADAR MAGELANG – Pelayanan cuci darah di RSUD Wonosari sering overload. Hal ini menyebabkan tidak semua pasien yang datang untuk cuci darah ke RSUD plat merah Kabupaten Gunungkidul bisa terlayani.

Di antara keluhan tersebut datang dari Ketua DPD Gerindra Gunungkidul Purwanto. Dia menyebut, saking banyaknya pasien maka RSUD Wonosari tidak mampu lagi menangani pasien cuci darah.”Sehingga dilempar ke kabupaten lain seperti, Klaten, Wonogiri dan sebagainya,” kata Purwanto kepada Radar Jogja kemarin (23/5).

Dia menuding peralatan cuci darah di Gunungkidul tidak memadai. Oleh sebab itu pihaknya meminta kepada pemerintah untuk menambah sarana dan prasarana sehingga masyarakat dapat terlayani dengan baik.”Misalnya, di RS Panti Rahayu, hanya mampu melayani (cuci darah) selama satu bulan. Setelah satu bulan silakan cari (RS) yang lain,” ujarnya.

Kata Purwanto, meski cuci darah ditanggung BPJS, biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mencari layanan di luar daerah cukup besar. Karena persoalan ini menyangkut nyawa manusia, pemerintah harus merespon dengan cepat.”Kalau kendalanya kapasitas atau alat kan bisa diusahakan. Bupati, gubernur segera mengambil sikap untuk menjamin kesehatan masyarakat,” tegasnya.

Kepala Ruang Cuci Darah di RSUD Wonosari Sudarmanto mengatakan, ruang pelayanan cuci darah di Gunungkidul masih terbatas. Kondisi ini berdampak terhadap penanganan pasien.”Dari total 21 mesin pencuci darah, seluruhnya terpakai untuk menangani pasien setiap hari,” kata Sudarmanto.

Dia menjelaskan, cuci darah akibat gagal ginjal membutuhkan penanganan ekstra. Penderita harus menjalani perawatan rutin dua kali dalam seminggu guna mencuci darah. Selama ini pasien cuci darah merupakan pasien tetap.”Untuk pasien terdaftar rutin melakukan cuci darah sebanyak 104 orang,” ungkapnya.

Alat hemodialisis (HD) atau pencuci darah yang dimiliki sebanyak 21 unit. Rinciannya sebanyak 18 unit dipergunakan untuk merawat pasien rutin. Sedangkan tiga unit lainnya dipergunakan pertolongan pasien khusus berdasarkan rujukan dari instalasi gawat darurat.”Mesin terpakai semua. Per hari satu alat dipergunakan melayani cuci darah untuk dua pasien,” ucapnya.

Menurutnya, hingga sekarang sudah ada antrian 19 penderita gagal ginjal yang ingin melakukan cuci darah di RSUD Wonosari. Meski demikian, belum bisa dilayani karena pergantian dilakukan pada saat ada pasien rutin cuci darah meninggal dunia atau pindah layanan ke rumah sakit lain.“Selama pasien belum meninggal atau pindah layanan, maka tidak ada pasien baru. Makanya 19 pasien ini masuk daftar tunggu agar bisa mendapatkan pelayanan,” ungkapnya.

Dia memastikan pasien yang masuk daftar tunggu tidak didiamkan begitu saja. RSUD Wonosari terus berkoordinasi dengan rumah sakit lainnya agar tetap bisa mendapat layanan.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty membenarkan bahwa layanan cuci darah di Gunungkidul sudah over kapasitas. Meski sejumlah rumah sakit memberikan pelayanan, tapi sarana dan prasarana masih terbatas.”Jadi yang perlu dipikirkan bagian hulunya juga. Meminimalisasi penyakit gagal ginjal, karena trend gagal ginjal terus naik dan tidak mengenal batas usia,” kata Dewi Irawaty. (gun/din/sat)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)