Neutron Yogyakarta

Dulu Tanam Tembakau, Kini Ubi-ubian

Dulu Tanam Tembakau, Kini Ubi-ubian
PANEN: Para peserta yang mengikuti Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) ke-8 melakukan panen ubi di Desa Candisari, Windusari, Kamis (1/6).(Naila Nihayah/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG– Para petani Desa Candisari, Windusari mendapat dukungan dari pemerintah terkait pengendalian kesehatan. Khususnya penyakit tidak menular. Melalui program pertanian dengan pola tanam diversifikasi komoditas sistem organik. Antara 300-800 meter di atas permukaan laut (mdpl) diversifikasi palawija dan ubi-ubian yang dapat menyokong perekonomian warga setempat.

Salah satu petani Istanto menuturkan, para petani di Desa Candisari kini lebih fokus untuk menanam ubi ketimbang tembakau. Terutama ubi madusari. Padahal, dulunya desa tersebut merupakan penghasil tembakau, tapi beberapa tahun lalu harganya sempat anjlok sehingga petani merugi.

Ubi hasil diversifikasi tersebut, kata dia, bisa diolah menjadi bahan makanan secara langsung, tepung, maupun dijual di supermarket. “Untuk wilayah 800-1.000 mdpl, kami kembangkan dengan sayur hortikultura seperti kubis, sawi, cabai, dan lainnya. Kalau dibatas 1.000 mdpl, diversifikasi dengan kopi,” ujarnya saat ditemui, Kamis (1/6).

Semula, Istanto melakukan uji coba penanaman ubi di lahan seluas satu kisuk. Percobaan tersebut membuahkan hasil dengan baik. Apalagi saat itu, tanaman tembakau gagal panen dengan cuaca yang tidak menentu. Akhirnya, dia mencari alternatif tanaman lain yang bisa ditanam dalam segala musim dan biaya ekonomis.

Lantaran berhasil panen ubi, para warga tertarik untuk ikut menanamnya. Bahkan, kini total ada 12 desa di Kecamatan Windusari yang mengikuti pola tanam dan panen setiap hari seperti dirinya. “Pola diversifikasi ini sangat efektif untuk diterapkan di sini, begitu pula dengan daerah lain,” sebutnya.

Ketua MTCC Unimma Retno Rusdjijati menuturkan, setelah tiga hari dilaksanakan ICTOH, kegiatan field trip ini untuk membuktikan petani tembakau yang sudah beralih tanam, justru lebih sejahtera. Bahkan, keuntungannya cenderung lebih tinggi ketimbang menanam tembakau.

Dia menyebut, dulunya sebagian besar lahan pertanian warga Desa Candisari digunakan untuk menanam tembakau. Kini, mulai ditanami ubi hingga tanaman hortikultura lainnya. “Pak Istanto ini yang punya ide tidak menanam tembakau lagi, tetapi fokus pada ubi. Meskipun ada padi dan lainnya,” terangnya.  (aya/pra/sat)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)