Neutron Yogyakarta

Gitar dari Samigaluh Tembus Pasar Internasional

Gitar dari Samigaluh Tembus Pasar Internasional
KREATIF: Febrian Gitario, 19, warga Kalurahan Gerbosari, Kapanewon Samigaluh, Kulonprogo saat mencoba biola dan gitar buatannya, kemarin.(HENDRI UTOMO/RADAR JOGJA)

RADAR MAGELANG – Kreativitas dan semangat berkarya menjadikan Febrian Gitario, mampu merubah kayu menjadi alat musik. Karya warga Kalurahan Gerbosari, Kapanewon Samigaluh, Kulonprogo ini sudah dikenal luas. Tidak hanya di pasar lokal, tetapi juga sudah mampu menembus pasar nasional. Bahkan internasional.

“Saya membuat alat musik gitar klasik juga akustik, versi kecil ukulele juga saya buat, selo, kontrakan atau bas betot serta biola saya juga bisa,” ucapnya, Jumat (2/6).

Diungkapkan, usaha pembuatan alat musik klasik telah digeluti sejak lima tahun terakhir, keterampilan membuat alat musik klasik diunduh langsung dari ayahnya (Joko Kuncoro) yang lebih dulu terjun di dunia industri kerajinan kayu. Proses pembuatannya terbilang cukup rumit, butuh kejelian dan ketekunan mulai proses pemilihan bahan.”Ya, tidak semua jenis kayu bisa dijadikan alat musik, kayu terbaik untuk alat musik menurut saya ya kayu mahoni dan sungkai,” ungkapnya.

Dijelaskan, proses pembuatan alat musik kayu dibagi menjadi beberapa tahap, diawali dari proses menentukan bahan baku (kayu) dan proses pemotongan sesuai ukuran standar alat musik yang akan dibuat.

Kemudian membuat pola kerangka utama dari potongan-potongan kayu yang sudah disiapkan. Pada proses inilah yang membutuh waktu paling lama, taha berikutnya yakni merangkai dan penyesuaian harmoni nada, “Setalah itu baru uji coba sebelum finishing,” jelasnya.

Ditanya soal harga, Febrian menyebut cukup bervariasi, tergantung jenis dan tingkat kerumitan dalam pengerjaan. Biola termasuk alat musik yang paling murah, mulai harga Rp 1 juta – Rp 5 juta, gitar mulai harga Rp 850 ribu – Rp 5 juta, cakcuk atau gitar kecil atau ukulele mulai harga Rp 400 ribu, selo Rp 3,5 juta. “Gitar bas elektrik Rp 1.5 juta dan gitar akustik mencapai Rp 1 juta,” katanya.

Meskipun dibuat secara manual, atau handmade, dan memakan waktu cukup lama, namun suara atau nada yang dihasilkan tidak kalah dengan alat musik pabrikan. Pangsa pasar yang sudah berhasil ditembus untuk mancanegara diantaranya dari negar negara Asia dan Eropa.

Salah satu pembeli, Hanan Zalifunnas mengungkapkan, ia tertarik dengan gitar buatan Febrian ini, rencananya ia akan datang dan mau melihat langsung, syukur bisa custom sesuai dengan keinginannya. “Karena handmade mungkin bisa custom, rencana kalau cocok saya mau pesan dan beli,” ungkap warga Lubuklinggau, Sumatera Selatan ini. (tom/pra/sat)

Lainnya