Neutron Yogyakarta

Produksi Semangka di Sleman Kurang

Produksi Semangka di Sleman Kurang
PERDANA: Petani memanen semangka di Kalurahan Surokerten, Selomartani, Kalasan (6/6). BPS Sleman mencatat kebutuhan konsumsi semangka masyarakat Sleman 4 ribu ton per tahun.(ELANG KHARISMA DEWANGGA/RARAD JOGJA )

RADAR MAGELANG – Kebutuhan pangan masyarakat akan semangka di Kabupaten Sleman berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sleman sekitar 65 gram per minggu. Jika jumlah tersebut dikalikan dengan penduduk Sleman sekitar 1,2 juta jiwa, maka kebutuhan konsumsi semangka sebanyak 4 ribu ton lebih per tahun.

Sedangkan angka produksi semangka di Kabupaten Sleman pada 2022 hanya sekitar 176 ton. Artinya baru sekitar dua sampai empat persen saja kebutuhan yang terpenuhi. Sedangkan stok semangka sebagian besar atau sebanyak 95 persen didatangkan dari luar Sleman.

Oleh karena itu, petani didorong untuk tidak hanya menanam padi. Namun dalam setahun dapat mengubah mengembangkan holtikultura, khususnya semangka tersebut. “Berarti kan peluang pasarnya besar. Kita dorong, ayo teman-teman petani kita tanam semangka karena kebutuhannya masih banyak,” ajak Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman Suparmono saat panen perdana Sekolah Lapang (SL) Budi Daya Semangka di bulak sawah, Padukuhan Getak 1, Selomartani, Kalasan Selasa (6/6).

Dikatakan, tanam semangka saat ini berkembang di wilayah Sleman timur. Selain di Selomartani, juga berkembang di Purwomartani. “Mengapa putarannya di Kalasan? ini dimungkinkan bisa mengganti komoditas tembakau,” ujar Pram.

Pemerintah Kabupaten Sleman mendorong fasilitasi petani semangka melalui surat edaran maupun transfer teknologi di pertanian. Seperti halnya SL, ada kursus dan pelatihan yang diikuti sekitar 450 petani per tahun. Adapun anggaran yang disiapkan fasilitasi tersebut lebih dari Rp 10 miliar.

“Saat ini kami baru kembangkan, untuk pemasarannya juga off taker-nya. Semangka di sini sudah ada pembelinya khusus. Untuk nge-drop di minimarket,” lanjutnya.

Meski demikian, kelemahan semangka hanya sekali musim tanam harus pindah. Tidak bisa dalam pola tanam setahun ditanam di lokasi yang sama. Karena hasilnya menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan kekompakan kelompok tani setempat. Bagaimana budi daya semangka ini bisa dikembangkan.

Dukuh Getak 1 sekaligus Penasehat Sekolah Lapang Budi Daya Semangka Sawali menyebutkan, melalui SL petani sempat didorong untuk bisa membididayakan tanam semangka secara mandiri di lahan masing-masing.

“Pada 23 Maret kami mendapatkan sosialisasi di Kalurahan Selomartani mengenai sekolah lapang budi daya semangka. Lalu seminggu kemudian kami mempraktikkan, sebanyak 400 bibit ditanam di lahan seribu meter persegi,” ungkap Sawali.

Kemarin, lanjutnya, merupakan panen semangka perdana. Tak disangka, hasil panennya melimpah. Pengembangan SL semangka ini dilakukan di lahan seluas 4 hektare. Seribu meter di antaranya untuk demonstration plot (Denplot), yaitu aktivitas penyuluhan pertanian dengan cara memperagakan atau mempraktikkan teknik-teknik pertanian.

“Denplot seribu meter persegi itu, ditargetkan 4 ton. Dengan asusmsi harga Rp 4 ribu per kilo sehingga mendapatkan Rp 8 juta dan dengan keuntungan bersih Rp 6 juta, dan sekali panen jaraknya 60-70 hari,” rincinya.

Disebutkan, ada 513 hektare lahan di Kalurahan Selomartani. Jika seluruh petani mengembangkan 10 persen lahan yang dimilikinya, maka dapat menghasilkan omzet hingga miliaran rupiah. “Apalagi sekarang per kilogramnya (semangka, Red) sudah Rp 8 ribu,” ungkapnya.

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengajak petani di Sleman untuk menanam tanaman penyangga padi. Seperti tanaman holtikultura lainnya, termasuk tanaman perkebunan, perikanan, dan peternakan.

“Monggo nanti diusulkan tanah 513 hektare mana yang bisa dimanfaatkan, supaya pemanenan gantian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan,” tutur Kustini. (mel/eno/sat)

Lainnya

Exit mobile version