Neutron Yogyakarta

Panen Perdana Padi Beras Merah, Langsungkan Tradisi Wiwitan

Panen Perdana Padi Beras Merah, Langsungkan Tradisi Wiwitan
PERDANA: Gapoktan Kalurahan Wedomartani melakukan prosesi tradisi wiwitan sebelum panen perdana padi beras merah di bulak sawah Padukuhan Malangrejo, Wedomartani, Ngemplak, Sleman (7/6).(DOKUMENTASI BAG PROKOMPIM SETDA SLEMAN)

RADAR MAGELANG – Panen perdana beras merah berlangsung di bulak sawah Padukuhan Malangrejo, Wedomartani, Ngemplak Rabu (7/6). Bersamaan dengan kegitan tersebut, juga digelar tradisi wiwitan.

Lurah Wedomartani Teguh Budiyanto menyebutkan, 1,8 hektare (Ha) padi beras merah yang hendak dipanen dalam waktu dekat ini. Sementara total lahan yang  ditanami padi beras merah ada 10 Ha.

Teguh mengatakan, beras merah menjadi salah satu potensi lokal yang akan dikembangkan di Wedomartani. Diharapkan nantinya mengangkat kesejahteraan warga setempat.

Sebagaimana diketahui, beras merah memiliki khasiat mengontrol berat badan, melancarkan pencernaan, mengontrol gula darah, hingga mengurangi risiko kanker. “Nanti akan kita musyawarahkan dengan gapoktan untuk mengembangkan dan memperluas lagi,” bebernya.

Ketua Kelompok Tani Sedyo Karyo Makmur Malangrejo Sugeng mengatakan, keunggulan masa tanam padi beras merah hanya 2,5 bulan sudah bisa dipanen. Artinya masa tanam lebih pendek dari padi biasanya. Panen per ubin atau 2,5 meter persegi, menghasilkan 4,4 kilogram (kg) padi basah atau 6-7 ton per ha.

“Selain itu pupuknya juga lebih irit. Per seribu meter persegi, pupuk urea membutuhkan 22 kg sedangkan pupuk phonska 9 kg,” sebut Sugeng.

Meski pupuknya irit, hasilnya tak kalah dengan penanaman padi beras putih, yang notabene kebutuhan pupuknya lebih tinggi dari jumlah tersebut.

Di sisi lain harga padi beras merah juga lebih unggul dari padi biasa. Secara umum harganya terpaut Rp 400 sampai Rp 500 per kg. Disebutkan, per kg padi kering panen di tingkat petani dibanderol seharga Rp 6.200. Sedangkan padi panen basah Rp 5.400 per kg. Harga bisa lebih melambung hingga Rp 15 ribu, jika penanaman dilakukan secara organik.

“Untuk penjualannya kami berkerja sama dengan gabungan kelompok tani Sidomoyo, Godean. Sana yang mendistribusikan,” bebernya.

Adapaun kendala yang dihadapi petani dalam penanaman padi rendah karbohidrat itu, hama burung dan tikus. Kendala lainnya, padi beras merah tidak bisa ditanam di setiap pola tanam. Paling tidak ditanam pada musim tanam ke dua. “Karena pohonnya yang lemas sehingga mudah roboh,” kata Sugeng.

Sejalan dengan panen perdana padi beras merah itu juga berlangsung tradisi wiwitan. Tradisi wiwitan merupakan satu ritus slametan di Jawa sebelum panen padi. Tradisi ini wujud ungkapan rasa syukur kepada Sang Kuasa atas hasil panen yang melimpah. Sekaligus bertujuan agar senantiasa diberikan hasil panen yang baik.

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengapresiasi upaya petani setempat dalam mendukung ketahanan pangan, dengan menanam padi varietas beras merah sebagai penyangga komoditas padi biasa (beras putih). “Selain itu juga baik untuk kesehatan karena rendah kalori,” kata dia.

Kustini berharap, petani setempat getok tular tanam padi merah kepada kelompok tani lainnya. Sehingga Sleman sebagai lumbung padinya DIJ, diharapkan semakin variatif dengan menanam padi jenis lainnya.  “Kami juga apresiasi tradisi wiwitan wujud kearifan lokal. Saya harapkan, tradisi ini terus dilestarikan, ditularkan kepada generasi muda,” ujar Kustini. (mel/eno/sat)

Lainnya

Exit mobile version