Neutron Yogyakarta

Menu Brongkos Kesukaan HB IX Ada di Pendopo Lawas Sudah Ada di Serat Centhini, Digemari Orang Belanda

Menu Brongkos Kesukaan HB IX Ada di Pendopo Lawas Sudah Ada di Serat Centhini, Digemari Orang Belanda
TRADISIONAL: Menu brongkos, makanan khas Jogja yang kini bisa dinikmati di Pendopo Lawas Alun-Alun Utara Jogja.(WULAN YANUARWATI/RADAR JOGJA)

RADAR MAGELANG – Siapa tak kenal brongkos?Brongkos adalah sejenis makanan daging berkuah kental bewarna cokelat kehitaman karena terdapat pangiun edule atau keluwak sebagai salah satu bumbu utamanya. Bahan utamanya terdiri dari kacang tolo, daging sapi, telur, tahu, santan, lengkuas, kluwak, cabai rawit, dan bumbu-bumbu lainnya.

Rasanya khas. Tak heran jika makanan khas Jogja ini banyak dijumpai di warung-warung makan. Nah, brongkos ini menjadi menu baru di Pendopo Lawas Alun-Alun Utara Jogja. Konon, brongkos adalah makanan favorit Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan menjadi hidangan populer sejak dahulu.”Setelah enam tahun berdiri dan banyak diminati pengunjung, sekarang Pendopo Lawas tidak hanya buka sore hingga malam hari. Tapi pagi juga dengan menu baru brongkos dan soto ayam kampung,” ujar Pengelola Pendopo Lawas Denny Yusuf, Senin (12/6/23).

Brongkos disebut dalam Serat Centhini yang ditulis pada 1814-1823. Brongkos disebut sebanyak 10 kali dalam kegiatan makan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga untuk hidangan menyambut tamu dan upacara adat.
Menu brongkos juga disukai oleh Belanda zaman dahulu. Terbukti dari adanya Kookboek atau buku masak yang ditulis oleh seorang Belanda pada 1925. Orang Belanda mengakui brongkos sebagai hidangan yang sangat lezat.

Baca Juga: Dishub Kota Jogja Hentikan Paksa Bus Pariwisata di Alun-Alun Utara

Menurut Deny, selama ini masyarakat sering kesulitan menemukan tempat kuliner saat melakukan olahraga atau gowes pagi di Timur Alun-Alun Utara. Adanya menu brongkos dengan view Alun-Alun Utara Jogja diharapkan dapat menarik minat wisatawan. Dengan begitu wisatawan maupun para pesepeda memiliki pilihan kuliner pagi.”Kami buka pagi supaya masyarakat mempunyai tempat tongkrongan yang nyaman di sisi Timur Alun-Alun Utara,” ujarnya.

Pengelolaan Pendopo Lawas ini berbasis pemberdayaan masyarakat terdampak revitalisasi Alun-Alun Utara. Pendopo Lawas merupakan pioneer wisata kuliner mandiri di sisi Timur Alun-Alun Utara setelah kebijakan revitalisasi kawasan tersebut, pada 2012 lalu.

Pendopo Lawas merupakan salah satu unit usaha milik Koperasi Forum Komunitas Kawasan Alun-Alun Utara (FKKAU) Jogja. Pengelolaan dengan pemberdayaan masyarakat dengan menitipkan produk makanan mereka. “Jadi 60 persen makanan yang dijual di sini adalah produk titipan dari warga sekitar yang terdampak reviitalisasi Alun-Alun Utara,” ujarnya. (lan/din/sat)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)

Exit mobile version