Neutron Yogyakarta

DKPP Bantul Imbau Masyarakat Tak Cuci Jeroan di Sungai

DKPP Bantul Imbau Masyarakat Tak Cuci Jeroan di Sungai

RADAR MAGELANG – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul meminta masyarakat agar tidak mencuci daging dan jeroan hewan kurban di sungai. Karena berpotensi mengotori sumber air.

Kepala DKPP Bantul Joko Waluyo mengatakan, pencucian daging atau jeroan lebih disarankan menggunakan air sumur dan PDAM karena lebih bersih. Penggunaan air sungai menurutnya tidak higienis dan justru dapat membuat bakteri di air sungai masuk ke daging yang akan dikonsumsi.

Dia pun meminta, agar para panitia kurban di Bantul juga tidak membuang limbah kotoran maupun darah hewan kurban ke sungai. Karena dapat membuat sumber air tercemar dan bahkan bisa menularkan penyakit melalui aliran air.

Baca Juga: Penjualan Hewan Kurban Masih Sepi Ada LSD dan PPR, Pembeli Diminta Teliti Memilih

“Kami lebih sarankan untuk membuat lubang atau jugangan sebagai tempat penimbunan limbah hewan kurban,” ujar Joko kepada wartawan Selasa (20/6/23).

Lebih lanjut, mantan Kepala Bidang Peternakan DKPP Bantul itu, juga telah melakukan sosialisasi terkait dengan hal tersebut kepada 200 takmir masjid di Bantul. Para takmir yang nantinya juga menjadi panitia kurban di wilayahnya masing-masing tersebut diberikan pelatihan tentang tata cara penyembelihan hewan kurban yang benar.

Dalam kegiatan tersebut, lanjut Joko, pihaknya juga telah meminta agar para takmir tidak menggunakan plastik sebagai wadah daging kurban. Sebagai alternatif, DKPP Bantul menyarankan masyarakat mengganti wadah plastik dengan daun kelapa, besek, atau daun pisang yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga: Jamin Kesehatan Jelang Idul Adha, DPP Kota Jogja Pantau Lalu Lintas Hewan Kurban

“Semua itu untuk mengurangi plastik, serta agar Idul Adha tahun ini tidak menimbulkan limbah,” tegas Joko.

Sebelumnya, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (DKUKMPP) Bantul Agus Sulistiyana menyampaikan, pada tahun ini kebutuhan hewan kurban diprediksi meningkat 10 persen. Jika pada tahun lalu kebutuhan sapi hanya 6.700 ekor, kini bertambah hingga 7.200 ekor. Lalu untuk kambing naik menjadi 13.500 ekor dari tahun sebelumnya yang hanya 12.400 ekor.

Meskipun mengalami kenaikan, dia memastikan untuk ketersediaan hewan kurban di Bantul tercukupi. Karena pasokan kambing dan sapi akan didukung dari kabupaten lain. Seperti dari Gunungkidul, Kulonprogo, serta Kebumen, dan Purworejo. “Menurut data yang ada, ketersediaan hewan untuk kurban di Bantul tercukupi,” tandas Agus. (inu/eno/sat)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)