RADAR MAGELANG – Ada yang unik dan berbeda dalam pernikahan massal yang digelar Forum Ta’aruf Indonesia (Fortais) di area pabrik plafon PT Indonesia Plafon (Indofon) Semesta, kawasan Industri Salamrejo, Kapanewon Sentolo, Kulon Progo, kemarin (26/10). Prosesi pernikahan digelar di area pabrik, menggunakan media forklift dan mahar berupa beras.
“Perhelatan ini kami beri tajuk Nikah Bareng Persatuan dan diikuti tujuh pasang pengantin dari Kulon Progo, Bantul, Sleman, Gunungkidul, dan Klaten (Jawa Tengah),” ucap Ketua Panitia Nikah Bareng Persatuan Ryan Budi Nuryanto.
Para pengantin dikirab dari Pasar Ngangkruk menuju tempat ijab Kabul. Dalam kirab tersebut, salah satu pasangan pengantin diangkut memakai forklift (kendaran yang difungsikan untuk mengangkut barang).
Baca Juga: Gunung Roto di Kulon Progo Terbakar Lagi, Ada Dua Titik Api di Puncak
Enam pasangan lainnya berjalan kaki sambil membawa aneka poster berisi dukungan untuk kedamaian Palestina.” Semangat menyongsong Sumpah Pemuda,” ucap Ryan yang juga Ketua Fortais Indonesia ini.
Sebelum prosesi ijab kabul, setiap pengantin menyanyikan lagu Indonesia Raya, membaca naskah Sumpah Pemuda, serta memanjatkan doa kedamaian Palestina dan kelancaran Pemilu 2024 mendatang. Prosesi ijab kabul dibagi menjadi dua area pabrik.
Tempat pertama dikonsep ijab kabul pada umumnya, ada meja kursi untuk penghulu, pengantin dan para saksi. Tempat kedua cukup nyeleneh, ada mimbar tempat penghulu dan pengantinnya duduk di forklift. Mas kawin juga tak kalah unik, jika umumnya mahar berupa uang atau emas, kali ini beras seberat 25 kilogram. Kendati kami konsep unik dan nyeleneh, prosesi nikah massal ini tetap dijaga khidmat. “Sejumlah pengantin pria bahkan sampai meneteskan air mata karena haru sah mempersunting pasangannya,” imbuhnya.
Baca Juga: Polres Kulon Progo Tangkap Warga Pengasih Yang Curi Motor di Girimulyo
Diungkapkan, kegiatan memang untuk menyongsong Peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober. Pihaknya juga ingin membantu masyarakat yang kesulitan menggelar pernikahan karena terkendala biaya. “Kami menghimpun mantan-manten dari beberapa wilayah, dengan kisahnya masing-masing ada yang single, janda, ada juga yang balen. Membangun dan membina keluarga, menuju masyarakat Indonesia sejahtera dan Indonesia emas 2023,” ungkapnya
Menurutnya, keunikan yang disajikan juga mengandung nilai filosofi masing-masing. Pemilihan lokasi di area pabrik untuk menggambarkan bagaimana seharusnya manten senantiasa bekerja keras seperti halnya para karyawan pabrik. Forklift sendiri juga memiliki makna, alat tersebut biasanya untuk mengangkat dan memindahkan barang.
“Seperti juga menikah, beban seberat apapun harus ditanggung bersama, diarungi bareng-bareng sehingga menjadi ringan. Maskawin atau mahar beras seberat 25 kilogram juga memiliki makna ketahanan pangan,” ujarnya.
CEO PT Indofon Semesta Adit Setiawan menambahkan, perhelatan serupa baru kali pertama digelar di tempatnya. Ia mengapresiasi dan ikut membantu agar masyarakat yang ingin menikah tapi terganjal cekaknya biaya bisa tetap melaksanakan pernikahan secara sah baik secara agama dan pemerintah. “Harapan saya kegiatan ini bisa memberi manfaat kepada calon pengantin,” imbuhnya.
Salah satu pengantin, Hendra Adi Wijaya, 26, warga Klaten mengatakan, ia memang ingin segera menikahi kekasihnya, Ayu Astuti, 22, warga Nanggulan, Kulon Progo. Dirinya mendapat informasi nikah massal ini dari sosial media.”Persiapan yang serba mendadak, cukup dengan niat yang baik dan tulus, semua lancar dan dipermudah,” ucapnya lega. (tom/din)