Neutron Yogyakarta

Songsong Nolobondho, Merti Dusun Kebondalem Pascapanen

RADAR MAGELANG – Di setiap kalurahan mempunyai cerita yang unik dan menarik. Salah satu desa tersebut adalah Kebondalem dengan tradisi ‘Songsong Nolobondho’ yang masih dilaksanakan hingga sekarang.

Padukuhan Kebondalem terletak di Kelurahan Madurejo, Prambanan, Sleman. Dusun tersebut dikelilingi area persawahan yang luas. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang mengandalkan hasil panen untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Untuk mengekspresikan rasa syukurnya, setelah panen para petani mengadakan acara Merti dusun dan tradisi ‘Songsong Nolobondho’.

Salah seorang sesepuh di Kebondalem, Tukimin menceritakan sejarah tercetusnya tradisi Songsong Nolobondho yang lekat dengan sosok tokoh cikal bakal desa tersebut. Sosok tersebut adalah Ki Surotanu/Singoranu yang terkenal dengan sebutan Ki Nolobondho.

Baca Juga: Awalnya untuk Merti Dusun, Kini di Malioboro

Ki Nolobondho merupakan prajurit dari kerajaan Majapahit yang melarikan diri saat keruntuhannya pada abad ke 15. Saat pelariannya tersebut, Ki Nolobondho mendiami daerah yang sekarang dikenal dengan Kebondalem tersebut. “Makamnya masih ada, beliau dimakamkan di makam Watu Gong yang masih masuk wilayah Dusun Kebondalem,” ujarnya Jumat (24/11).

Pada awalnya, tradisi Songsong Nolobondho merupakan suatu bentuk ritual yang dilakukan oleh Ki Nolobondho untuk mengatasi pagebluk di Kebondalem. Tradisi tersebut dilakukan dengan mengarak pusaka yang dimiliki Ki Nolobondho mengelilingi Dusun Kebondalem. Atas usaha tersebut, akhirnya pagebluk bisa diredamkan. Dari sanalah tradisi tersebut ada dan sampai sekarang tetap dilestarikan oleh warga Dusun Kebondalem. Namun, pusaka asli tersebut tidak bisa sembarangan di keluarkan dari tempatnya.

Pusaka tersebut dikeluarkan hanya pada saat tradisi Songsong Nolobondho diselenggarakan. “Pusakanya ada dua berupa tombak dan payung. Nama pusaka tersebut adalah tombak Nogo Welat dan Payung Tunggul Nogo. Keduanya masih disimpan oleh ahli waris dirumahnya,” tegasnya.

Baca Juga: Suka Cita Bisa Gelar Merti Dusun Lagi

Kepala Dusun Kebondalem, Galuh Ade Novi menambahkan, tradisi Songsong Nolobondho dilaksanakan setiap selesai masa panen yang dibarengkan dengan Merti dusun dan ditutup dengan acara wayang dengan lakon Brotoyudho. Kegiatan tersebut dari dulu rutin dilakukan, bahkan jika tidak dilakukan masyarakat akan menanyakannya. “Dana untuk melaksanakan kegiatan tersebut berasal dari kantong pribadi masyarakat, khususnya para pemilik sawah yang berhasil panen. Masyarakat dengan sukarela melakukan iuran agar tradisi tersebut dapat terselenggara,” tuturnya.

Tradisi tersebut harapannya selalu diadakan. Itu menjadi sebuah bukti upaya pelestarian budaya. Selain itu, kegiatan tersebut menjadi wadah silaturahmi dan guyub rukun masyarakat Dusun Kebondalem. (cr5/pra)

Lainnya