Terungkapnya kasus kekerasan tersebut berawal dari tersebarnya video viral Yesa di media sosial belum lama ini.
Dalam video yang beredar, terlihat seorang anak yang diduga Yesa menangis histeris dan terlihat dua wanita muda yang diduga kuat adalah asisten rumah tangga dan ibu angkat almarhum.
Keduanya tampak membawa Yesa ke teras rumah dan memaksa almarhum melepas bajunya di tengah hujan deras.
Meski menangis histeris, Yesa dipaksa untuk melepas bajunya dan tidur terlentang di bawah guyuran air hujan.
Berdasarkan keterangan, kekerasan tersebut ternyata bukan kali pertama dialami Yesa dari kedua orang tua angkatnya.
Tak hanya itu, Yesa juga kerap disiksa, dijemur, ditendang, dipukul, bahkan hingga disiram air panas oleh terduga pelaku kekerasan.
Berdasarkan kronologi kejadian, Yesa diketahui sedang dihukum oleh kedua orang tua angkatnya di halaman belakang rumah.
Sementara terduga pelaku dan anak kandungnya tertidur di dalam rumah tanpa pengawasan sedikitpun pada Yesa.
Pelaku kemudian teringat pada korban saat pukul sembilan malam dan mencoba untuk mengeceknya.
Namun naas, Yesa ditemukan sudah mengapung tak sadarkan diri di belakang rumah dengan keadaan air yang sedang pasang.
Yesa pun kemudian dibawa oleh kedua orang tua angkatnya menuju rumah sakit, namun sayang pihak rumah sakit menyatakan Yesa sudah meninggal.
Yesa akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dan dinyatakan kehilangan nyawa pada 23 November 2023.
Jenazah Yesa kemudian dimakamkan sehari kemudian tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada kedua orang tua kandung korban.
Terkait kasus tersebut, Kapolres Ketapang, AKBP Tommy Ferdian mengatakan pihak mereka sudah memanggil orang tua angkat Yesa untuk dipertemukan dengan orang tua kandung.
Berdasarkan hasil pertemuan tersebut, orang tua kandung almarhum meminta penyelidikan lebih lanjut karena dugaan Yesa mengalami penyiksaan oleh orang tua angkat.
Selain itu, orang tua kandung Yesa juga setuju untuk dilakukan otopsi terhadap jenazah Yesa.
Kapolres Ketapang, AKBP Tommy Ferdian menyetujui dan memastikan akan menyelidiki kasus kematian Yesa.
Ia meyakinkan orang tua korban akan mengungkap kebenaran dan dugaan kekerasan yang terjadi pada almarhum.
Diketahui sebelumnya, Yesa merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Ibon dan Hamali.
Saat berusia lima tahun, Yesa kemudian diangkat menjadi anak oleh pasangan Yulianto dan Susianti yang juga merupakan terduga pelaku kekerasan terhadap almarhum.
Untuk mengenang kematian Yesa, Senin malam pada tanggal 27 November 2023, ribuan masyarakat Kabupaten Sandai melakukan aksi 1000 lilin sebagai bentuk solidaritas untuk Yesa.(Salsabila Rahman Putri Suseno/JawaPos)