Neutron Yogyakarta

Ganjar Pranowo Gandeng BPK

Untuk Optimalisasi Anggaran Atasi Kenaikan BBM
Ganjar Pranowo Gandeng BPK

SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengatakan dalam situasi seperti saat ini, tidak hanya dibutuhkan leadership yang kuat. Tetapi juga keahlian dan kesadaran dalam mengelola keuangan negara. Agar tidak terjadi kebocoran dan penyelewengan.

“Karena situasi eksternal seperti ini, kemarin juga ada pandemi, refocusing anggaran terjadi, kan itu punya potensi untuk menyimpang, maka governance harus tetap berjalan, regulasi harus diikuti, meskipun regulasinya juga kita sesuaikan,” kata Ganjar usai menghadiri serah terima jabatan Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Jawa Tengah Selasa (13/9).

Menurut Ganjar, itu juga berlaku seperti menangani inflasi hari ini. Dalam penanganan atau merespons inflasi, juga butuh ahli teknis atau orang yang paham betul dalam pengelolaan keuangan. “Jadi ketika regulasi berubah, pintu-pintu dan jendela-jendela yang bikin bocornya anggaran musti disiapkan untuk ditutup,” katanya.

Menurut Ganjar, pelatihan-pelatihan harus dilakukan untuk meningkatkan keahlian dalam mengelola keuangan. Terkait hal ini BPK RI dapat membantu dengan memberikan pendampingan dan pelatihan. Bisa juga pelatihan dilakukan oleh internal pemerintah sendiri. Keterampilan mengelola keuangan ini menjadi penting, sehingga level ahli perlu dalam pelaksanaan di lapangan. “Hari ini kita mau menanggulangi atau merespons inflasi, lalu presiden sudah mendorong dana tidak terduga bisa digunakan tetapi kan tidak boleh ngawur atau asal-asalan. Tenaga ahli ini teknisnya penting menjadi garda terdepan untuk menjaga akuntabilitasnya,” bebernya.

Selama ini, pemerintah provinsi (pemprov), serta kabupaten/kota di Jawa Tengah intens berkomunikasi dengan BPK RI Perwakilan Jawa Tengah. Dari komunikasi itu, selalu ada catatan-catatan hasil audit yang bisa mempengaruhi kinerja pemerintahan. Buktinya, Pemprov Jateng dan 35 kabupaten/kota sudah mendapatkan predikat wajar tanpa pengecualian (WTP) dari BPK RI. “Minimal dari keuangannya dulu, sekarang sudah WTP. Meskipun WTP tidak berarti sudah beres semua di dalamnya. Ada potensi yang masih harus kita perbaiki. Namun catatan-catatan itu yang hari ini penting untuk kabupaten/kota dan provinsi untuk memperbaiki diri,” ungkap Ganjar.

Kehadiran Anggota II BPK RI, Daniel Lumban Tobing dalam acara itu, diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai beberapa model audit dan tata cara pengelolaan keuangan negara. Menurut Ganjar, paling tidak ada kesadaran dari pengelola keuangan negara untuk memperbaiki. “Jangan ada korupsi, laporan selalu transparan, dan sekarang ditambah satu lagi kinerja. Maka tadi ada beberapa sampel yang diambil di kabupaten/kota seperti kinerja pengelolaan air, pengelolaan sampah, sehingga semakin hari makin akuntabel untuk pengelolaan keuangan,” katanya. (*/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)