JOGJA – Perempuan menjadi scientist sudah banyak. Tapi tak banyak yang sampai masuk dlama top 100 dunia. Arba Pramundita adalah salah satunya. Dia pun mengajak pelajar, khususnya perempuan, untuk berani bermimpi dan mewujudkannya. Seperti apa perjuangannya?
Peserta talkshow, ‘Perempuan dalam dunia Sains’ yang digelar Taman Pintar Jogja di Sience Theater Taman Pintar Jogja, Selasa (9/8),semakin bersemangat tak kala mendengarkan paparan Arba Pramudita. Arba menyampaikan pengalamannya menjadi ilmuwan perempuan. Bahkan dia dinobatkan satu dari World Top 100 Medical and Health Sciences Scientist 2022 versi website Ad Scientific Index.
Tak pernah terbesit menjadi seorang ilmuwan. Sejak kecil dia hanya menyukai matematika. Tetapi begitu lulus SMA, kecitaannya di dunia kesehatan muncul. Hingga dia memilih mengikuti alur hidupnya saja.
Pada jenjang pendidikan tinggi sarjana mengambil program studi profesi apoteker Formasi Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta. Lalu lanjut ke Magister, ilmu kedokteran dasar di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM). Tekadnya menempuh pendidikan tinggi terus berlanjut hingga ke jenjang doktor.
“Pada saat S3 saya mengambil progam koster. Dalam periode yang sama mengambil dua program S3 satu di ilmu kedokteran dan kesehatan di UGM dan juga ilmu biology and biotechnology Universite Paul Sabatier Toulouse-France,” ungkap Arba.
Konsennya, kata dia, pada topik farmakologi, meneliti bagaimana obat berefek dan bekerja sesuai pendidikan farmasi. Di sisi lain meneliti pengembangan dan penemuan obat anti malaria. Kemudian juga meneliti obat-obatan herbal Indonesia yang diuji menggunakan kearifan lokal, dengan basic sience, agar membawa manfaat kepada masyarakat.
Kiprah Arba saat ini selain seorang ilmuwan dia juga seorang dosen yang mengajar di Fakutas Farmasi UII, pendidikan sarjana maupun magister. Dia juga merangkap sekretaris program kelas internasional. Dia juga mengungkapkan perannya sebagai seorang ibu dan isteri. “Tidak ada alasan perempuan itu bisa berkarir lebih luas di bidang apapun, khususnya sains. Asal ada dukungan keluarga, itu paling penting,” tandasnya.
Satu prinsipnya, apapun yang dikerjakan diniatkan untuk ibadah. Dengan begitu, mendapatkan kenikmatan dalam menjalankan apa yang diraihnya. Dia pun mengajak para pelajar agar mempersiapkan diri dari sekarang. Terutama bagi perempuan agar tidak takut meraih mimpinya di bidang sains. “Karena selagi ada kemauan pasti ada jalan,” tutur perempuan 38 tahun ini. Sebagaimana pengalamannya, selama kuliah mendapatkan beasiswa dari Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi dan Pemerintah Perancis.
Dia berpesan peserta agar mempersiapkan diri menyusun rencana kecil menjadi seorang scientist. Juga membekali diri dengan memperkaya ilmu pengetahuan, membangun kelompok belajar dengan pasion yang sama dan mengikuti program beasiswa luar negeri, ke Perancis misalnya, fasilitas penelitian sains lebih lengkap.
Kepala Kundha Kebudayaan Kota Jogja Yetty Martanti mengungkapkan, peminat sains dan teknologi kecenderungan umumnya didominasi laki-laki. Dengan kegiatan ini diharapkan semakin banyak tumbuh ilmuwan perempuan. Sehingga membunuh stigma perempuan bukan hanya mengurus rumah tangga tetapi juga dapat menggapai kariernya. “Kegiatan ini sebagai edukasi membuka wawasan secara umum dan luas sehingga kami menghadirkan perempuan yang punya pengalaman di bidang sains dan teknologi Arba Pramudita,” jabarnya. (pra)