KEBUMEN – Kalau sudah bicara disabilitas, tidak ada lagi sekat pembatas bagi Bambang Gunadi. Bintara polisi ini cukup memiliki radar kepekaan sosial tinggi. Bahkan ia rela sisihkan sebagian gaji demi menjawab kebutuhan para penyandang disabilitas. Bagaimana kisahnya?
Bisa berbaur bersama kaum difabel menjadi ruang ekspresi rasa syukur bagi Bambang Gunadi. Bukan untuk membandingkan antara fisik sempurna dengan kondisi keterbatasan. Tapi mencoba mengerti penderitaan hidup mereka sudah lebih dari cukup. Karena biar bagaimana pun penyandang disabilitas tetap sama-sama makhluk tuhan. Itulah prinsip kuat dipegang Bambang Gunadi.
Sosok polisi berpangkat Aiptu ini bahkan tidak canggung menanyakan kebutuhan penyandang disabilitas. Nilai yang bisa diambil bukan soal kemampuan menjamin kehidupan layak bagi mereka. Tapi minimal ada bentuk keberpihakan dan empati. Dari keberpihakan itu akan muncul kekuatan dalam diri difabel untuk menjalani hidup layaknya manusia normal. “Sebenarnya difabel butuh support. Mereka akan menjadi sangat kuat kalau didengar ceritanya,” kata Bambang, Kamis (22/9).
Di luar jam kerja sebagai Kanit Reskrim Polsek Klirong, Bambang bergerak senyap menyisir warga yang memiliki keterbatasan fisik. Sudah tiga tahun ini Bambang memberi perhatian lebih kepada penyandang disabilitas. Ia tidak menghitung lagi sudah berapa sebagian gaji sebagai polisi disisihkan untuk membantu kebutuhan kaum difabel. Mulai kebutuhan dapur, alat bantu hingga sarana dan prasarana disabilitas. “Ketika bisa bantu, semampu saya pasti bantu. Selagi tidak mengganggu tugas,” terangnya.
Sampai membuatkan jendela kamar tak luput dari perhatian Bambang Gunadi. Pernah suatu saat Bambang berkunjung ke rumah disabilitas. Namun di tengah kondisi penyandang disabilitas terbaring tak berdaya justru suasana terasa pengap lantaran kamar tidak memiliki jendela. “Gimana tidak tambah drop, 90 persen hidup dalam kamar tapi kondisi gelap, sirkulasi udara kurang. Waktu itu sama teman langsung pesan kusen jendela,” ucapnya.
Sejauh ini Bambang seringnya membantu dan menjembatani pembuatan kaki palsu. Ia cukup concern membuatkan kaki palsu, apalagi bagi penyandang disabilitas yang baru diamputasi. Perlakuan ini diberikan sebagai perangkat optimisme agar difabel tersebut bisa menjalani fase hidup baru meski fisik tidak lagi normal. “Gini lho, ketika vonis dokter harus amputasi harapan hidup tipis sekali. Menjadi obat supaya tidak semakin terpuruk ya kasih kaki palsu,” bebernya.
Bambang kini juga bergabung dengan sebuah komunitas peduli disabilitas di Kebumen yang memiliki persamaan persepsi. Dari sini banyak gerakan yang bisa dilakukan, salah satunya menebar kebaikan dengan membangun semangat untuk para penyandang disabilitas. “Bisa lihat aktif apalagi disabilitas produktif itu sungguh luar biasa. Maka jangan kucilkan dan pandang sebelah mata mereka,” pungkasnya. (pra)