SLEMAN – Ratusan wayang alumunium terpajang di bantaran Kali Code, di bawah Jembatan Wreksodiningrat, Sinduadi, Mlati, Sleman, Minggu (23/10). Ada wayang klasik, modern, dan ada pula yang kontemporer. Wayang Milenial namanya. Sang empu wayang ini adalah Ki Mujar Sangsekerta.
Wayang-wayang ini berukuran besar. Rata-rata mencapai satu meteran. Dengan ukuran paling besar tiga meter. Tiga klasifikasi wayang disatukan. Ada 156 wayang milenial terpajang di pinggiran sungai yang membelah Kota Jogja itu.
“Wayang-wayang ini saya buat sejak 2009. Berlanjut hingga sekarang,” ungkap pria yang memiliki nama asli Mujar Mahasiswantoro, saat memamerkan seni instalasinya di lokasi itu.
Ada wayang purwa dengan kelir klasik menggambarkan tokoh-tokoh pewayangan. Lalu ada wayang inklusif, wayang pulau, dan wayang yang menyerukan isu-isu sosial, ekonomi, lingkungan, budaya, agama dan lain-lain. Digelar dengan seni instalasi.
Wayang-wayang dibuat dari goresan tangan Ki Mujar. Menggunakan bahan cat minyak. Ada yang hitam putih dan bewarna. Desain wayang juga beragam. Serta tematik yang berwarna.
Ki Mujar menjelaskan, kata milenium diambil dari kata alumunium yang kemudian diplesetkan. Memiliki basis seni kriya logam. Dia tertarik membuat wayang versi lain. Milenium mewakili wayang milenial. Ketika digabungkan, Ki Mujar menyebutnya “Wayang Milehnium Wae”.
Lebih lanjut dia membeberkan satu per satu wayang-wayang yang dibuat tematik ini. Salah satunya wayang difabel, perempuan mengandung. Wayang ini dia buat sebagai wujud keprihatinan terhadap penyandang disabilitas yang mengalami kekerasan seksual oleh keluargannya sendiri, hingga hamil. “Cerita ini saya ambil dari lingkungan sekitar,” ungkapnya.
Dari arah kiri ke kanan, dia juga menunjukkan wayang tempat ibadah. Ada masjid, gereja, pura, vihara, gereja katolik dan kelenteng. Ini mengandung pesan agar senantiasa umat beraga saling menjaga toleransi.
Beberapa karya dari penyandang disabilitas tunarungu. Seorang anak bernama Fadli dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Kalibayem Jogjakarta yang pernah belajar membuat wayang milenial.
Wayang-wayang ini beberapa kali dipamerkan secara berseri. Terakhir ya kali ini. Setelah dipamerkan, wayang akan dijamas di Kali Code. Selanjutnya dilanjutkan dengan performance art bersama komunitas tari, fashion show dan lainnya.
Performance art ini dia ingin mengajak warga menumbuhkan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Juga menjaga sungai sebagai sumber kehidupan. (laz)