Neutron Yogyakarta

Joko Purnomo, Perajin Kendang di Gilangharjo, Warisi Keahlian Turun- temurun dari sang Ayah dan Kakek

Joko Purnomo, Perajin Kendang di Gilangharjo, Warisi Keahlian Turun- temurun dari sang Ayah dan Kakek
PERTAHANKAN BUDAYA: Joko Purnomo salah satu produsen kendang di Padukuhan Daleman, Kalurahan Gilangharjo. Kerajinan ini merupakan karya turun temurun dari generasi kakeknya, sekitar tahun 1950-an.Gregorius Bramantyo/Radar Jogja

RADAR MAGELANG  – Kabupaten Bantul dikenal menjadi sentra kerajinan hingga saat ini. Salah satunya adalah bertahannya kerajinan penghasil kendang yang telah berlangsung turun temurun di Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak.

Salah satu produsen kendang di Padukuhan Daleman, Kalurahan Gilangharjo, Joko Purnomo. Pria yang akrab disapa Joko Kendang ini mengatakan, kerajinan ini merupakan karya turun temurun dari generasi kakeknya, sekitar tahun 1950-an. Ia sendiri baru meneruskan kerajinan ini dari ayahnya sejak 2005. Dia belajar secara otodidak karena melihat aktivitas orang tuanya setiap hari. “Lalu saya bantu karena bapak sudah sepuh, terus saya pegang sendiri,” katanya Kamis (14/9).

Untuk membuat kendang, tidak semua komponen ia kerjakan sendiri di rumahnya. Badan kendang atau klowong didatangkan dari wilayah Wonogiri dan Sukoharjo. Bahan dasar klowong bisa dari bermacam jenis kayu. Seperti kayu mahoni atau kayu munggu. “Yang paling baik itu kayu nangka,” imbuh Joko.

Baca Juga: Meriah, 10 Ribu Warga Jogjakarta Hadiri Senam Sehat HUT PAN Ke-25 di Bantul

Setelah menerima klowong, Joko melanjutkan proses pembuatan gamelan hingga sempurna. Dari pemasangan kulit, mengatur suara, dan juga proses pewarnaan atau pengecatan. Pada umumnya warna kendang adalah merah atau hijau. “Kalau pembeli minta diukir ya kami ukir dulu, kalau tidak ya polos tidak ada ukirannya,” jelasnya.

Harga jual kendang buatan Joko beragam tergantung ukuran. Yang ukuran besar bisa mencapai Rp 4 juta hingga Rp 5 juta. Sementara ukuran kecil jenis ketipung dan ciblon berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 1,75 juta. Tinggi rendahnya harga tergantung juga dari jenis bahan kayunya.

Namun sudah selama tiga tahun ini Joko tidak banyak melayani pesanan dari luar daerah. Karena selama tiga tahun terakhir Dinas Kebudayaan DIJ memesan untuk dibuatkan 60 hingga 70 unit kendang ukuran kecil hingga yang besar.

Baca Juga: Tim Pra-PON DIJ Ditekuk Persiba Bantul, Erwan Hendarwanto Sebut Masih Mencari Kompisisi

Joko menyebut, rata-rata per hari mampu menyelesaikan pembuatan kendang yang sudah siap pakai sebanyak enam hingga tujuh buah. Ia sendiri mengaku puas menekuni bidang pembuatan kendang ini. “Karena memang selain untuk menopang hidup sehari-hari juga ikut memelihara pelestarian budaya Jawa, khususnya Jawa terkait dengan pelestarian gamelan,” ujarnya.

Lurah Gilangharjo, Pardiyana menyebut, kerajinan kendang di Kalurahan Gilangharjo sudah menjadi warisan turun temurun. Meskipun dulu pernah mengalami masa krisis semenjak adanya perkembangan musik campursari. “Produksinya Pak Joko bagus dan Alhamdulillah lancar perkembangannya. Setelah ditangani pak Joko produk bagus, pemesannya banyak,’’ jelasnya.
Di Gilangharjo ada beberapa jenis peninggalan kebudayaan yang terus dijaga dan dikembangkan. Yakni gamelan, keris, batik, wayang, dan batik. “Semoga ke depan perekonomian di Gilangharjo akan meningkat,” tandasnya. (tyo/din)

Lainnya