RADAR MAGELANG – Tim hibah Matching Fund Fakultas Vokasi Universitas Sanata Dharma (USD) Jogja bersama dengan PT Helber Elektronika Indonesia berhasil mengembangkan Mind Wheels atau kursi roda cerdas. Seperti apa teknologinya?
WULAN YANUARWATI, Jogja
Mind Wheels ini menggunakan teknologi brain computer interface (BCI) yang memungkinkan dioperasikan melalui gelombang otak. Dengan teknologi ini, kursi roda cerdas ini bisa digunakan sebagai solusi mobilitas penderita stroke. Terutama yang mengalami kelumpuhan dari bahu ke bawah dan tidak bisa beraktivitas.
Perwakilan Tim Hibah Matching Fund Fakultas Vokasi USD Jogja, Ignatius Deradjad Pranowo mengatakan prototipe kursi roda berbasis pengolahan sinyal otak (mindwave) ini diintegrasikan dengan sensor MPU6050, ultrasonik, GPS, dan IoT (Internet of Things).
Baca Juga: USD Jogja Gagas Kursi Roda Cerdas Pakai Gelombang Otak, Bantu Mobilitas Penderita Stroke
Sensor MPU6050 yang merupakan kombinasi accelerometer dan gyroscope digunakan untuk mendeteksi pergerakan kepala. Diintegrasikan dengan sinyal atensi dari mindwave untuk merespon keinginan pengguna dalam mengendalikan kursi roda. Termasuk untuk mengubah arah dan kecepatan.
Sedangkan sensor ultrasonik digunakan untuk menghindari rintangan. Dan mengukur jarak dari objek di sekitar kursi roda tersebut. Integrasi GPS pada aplikasi ini untuk memberikan informasi tentang lokasi kursi roda dan pengguna, serta trak lintasan. Sedangkan integrasi IoT digunakan untuk membuat kursi roda terhubung ke jaringan internet dan berinteraksi dengan sistem lain. “Seperti perangkat mobile atau sistem perawatan medis,” jelasnya, Selasa (14/11).
Dengan sistem ini memungkinkan pengiriman data real-tme, pemantauan jarak jauh, dan penyampaian informasi yang penting.
Derajat menyebut dengan adanya integrasi berbagai teknologi dalam kursi roda cerdas juga sangat membanty. Pengguna bisa mendapatkan bantuan dan pertolongan dari tenaga medis jika diperlukan.
Melalui koneksi IoT, informasi seperti lokasi, kondisi fisik pengguna, dan pergerakan kursi roda dapat dikirimkan kepada perawat atau tenaga medis. “Ini memungkinkan pemantauan jarak jauh dan intervensi cepat jika diperlukan,” ujarnya.
Lebih lanjut dia menilai, sinergitas perguruan tinggi dengan industri menjadi kolaborasi yang optimal untuk mewujudkan hasil inovasi penelitian. Sehingga hasil riset tidak sebatas prototipe saja.
Baca Juga: Beri Kursi Roda untuk Korban Kecelakaan Kerja
Si sisi lain, inovasi yang diciptakan bermanfaat bagi penderita stroke lumpuh. Teknologi ini dapat meningkatkan kemandirian mereka untuk mobilitas. Sehingga memungkinkan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa bantuan eksternal yang terlalu banyak. ”Hasil rekacipta yang juga melibatkan mahasiswa Prodi Teknologi Rekayasa Mekatronika ini masih perlu dikembangkan dan didukung dari sisi pembiayaan. Biaya produksi yang muncul dari pengembangan kursi roda mulai bahan baku, teknologi, pengujian, perizinan, dan pemasaran memang cukup besar,” jelasnya.
Meski begitu, apabila dilihat dari manfaat yang diperoleh maka bisa dikatakan sepadan. Bahkan menurutnya bisa melampaui biaya sumber daya yang telah digunakan. (din).