RADAR MAGELANG – Berprestasi di tingkat nasional saja sudah membuat bangga. Apalagi di kancah internasional. Tidak hanya diri sendiri yang patut bahagia, tapi juga keluarga, orang terdekat, hingga guru. Hal itulah yang dirasakan Briptu Renita Rismayanti, personel Divisi Hubungan Internasional (Divhubinter) Polri karena mampu meraih predikat Polwan terbaik dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Nama Brigadir Polisi Satu (Briptu) Renita Rismayanti melejit usai meraih penghargaan Polwan Terbaik 2023 oleh PBB pada Senin (13/11) lalu. Briptu Renita diketahui terpilih sebagai UN Police Women of The Year 2023 atas kinerjanya di bidang pemolisian digital.
Lebih-lebih Renita dinilai mampu berperan dalam konseptualisasi dan pengembangan database criminal internal security force serta UNPOL case management platform. Prestasinya itu membawa citra positif bagi instansi Polri. Juga mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Polwan kelahiran Magelang, 28 Oktober 1996 itu meniti kariernya di Polri sebagai Petugas Informasi Publik pada 2014. Semula, Renita merasa tidak percaya diri untuk menjajal peruntungan sebagai polisi.
“Kemudian dapet berita dari tantenya ada pendaftaran polisi wanita (polwan). Terus kata Mbak Renita, ‘badan saya kecil, kurus’. Tapi, kami bilang, dicoba dulu,” ujar sang ibu, Melita, saat ditemui di Jalan Lotus Nomor 12 Graha Azalea, Banjarnegoro, Magelang, kemarin (20/11).
Ternyata, Renita menjadi satu peserta yang lolos hingga tahap akhir. Karier-nya itu pun didukung penuh oleh keluarga besarnya. Sang anak kali pertama menjalani magang di Polres Magelang Kota pada 2014. Setelah itu baru ditempatkan di Polda Jateng. Namun, sekitar tiga tahun Renita dimutasi ke Mabes Polri.
Selama itu, Renita tekun menjalani profesinya sebagai polwan. Hingga pada 2022 lalu, dia terpilih menjadi perwakilan Polri untuk bertugas di Afrika. Selama satu tahun di sana, karier-nya berjalan lancar, sehingga kontraknya diperpanjang.
Anak dari pasangan Melita dan Muji Hantoro itu berangkat bersama sembilan polisi lainnya. Beberapa di antaranya merupakan polwan. Meski mereka sempat khawatir, tapi hal itu tidak menjadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan lagi. “Ya, khawatir tapi ya sudah, nggak papa. Pengen-nya keluar nambah pengalaman,” ungkapnya.
Semula, lanjut Melita, ada isu soal Renita yang hendak mendapatkan penghargaan. Tapi, saat itu belum resmi. Sehingga Melita belum memberitahukan berita itu kepada keluarga besarnya. “Renita bilang, nanti kalau sudah diumumkan secara resmi dari kepolisian, boleh cerita-cerita sama saudara,” tambahnya.
Lantas, pada Senin (13/11), pengumuman itu akhirnya keluar secara resmi. Namun keluarga baru berani memberitahukan kepada yang lain setelah Renita mendapatkan penghargaan di Markas PBB, New York. Termasuk mengunggah foto soal prestasi tersebut. “Kami dikasih link-nya jam 1 malam. Di sana (Afrika) jam 7 pagi. Kami nonton bertiga sama adiknya,” katanya.
Dia mengaku bersyukur atas prestasi yang diraih anaknya itu. Melita berharap, Renita menjadi sosok yang lebih baik lagi dan tetap rendah hati. Serta tidak melupakan keluarganya.
Pernah mengenyam pendidikan di SMAN 1 Magelang, membuat sosok Renita masih terpatri jelas di hati dan pikiran para guru yang mengajarnya. Lebih-lebih, Renita dikenal sebagai sosok yang supel atau pandai bergaul, ramah, dan berprestasi.
Pustakawan SMAN 1 Magelang Dwani Punang Raras mengatakan, Renita lulus pada 2014. Selama bersekolah, dia dikenal kerap mengikuti berbagai ekstrakurikuler. Mulai paduan suara, English Speaking Club (ESC), hingga Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ). “Dia cukup aktif dan suaranya bagus,” bebernya.
Raras yang merupakan pendamping paduan suara ‘Gladiolla Choir’ menyebut, Renita tergolong cepat menangkap instruksi yang diberikan. Bahkan dari setiap kegiatan yang diikuti, Renita kerap mendulang prestasi.
Atas prestasi yang diraih Renita itu, keluarga SMAN 1 Magelang sangat bangga memiliki lulusan seperti dirinya. Setelah berita soal Renita tersebar luas, para guru yang pernah mengajarnya, seketika teringat dengan sepak terjangnya. “Guru (mapel) Agama bilang, dia (Renita) juga pernah menjadi juara MTQ,” lontarnya.
Tidak hanya Raras, guru mapel bahasa Inggris Hesti Wulandari juga memiliki kedekatan dengan sosok Renita. Karena selain mengajar di kelas, Hesti juga menjadi pembina ekstrakurikuler ESC dan Renita mengikutinya. Apalagi kemampuan speaking-nya tergolong bagus.
Lantaran Renita memang memiliki ketertarikan dengan bahasa asing. “Dia jadi pengurus dan aktif dalam kemajuan ESC. Dia juga sering mengikuti pelatihan debat, meski saat lomba, bukan dia yang ikut. Tapi, dia selalu memberikan pendapatnya,” papar Hesti.
Begitu beritanya tersebar, dia bersama guru lain langsung menyadari sosok Renita di SMAN 1 Magelang. Menurutnya, Renita merupakan siswa yang menonjol di antara lainnya. Apalagi dia memiliki paras yang cantik, cerdas, dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang bagus.
Namun, di balik kesuksesannya mendulang prestasi di kancah internasional, Hesti mengaku tidak menyangka. “Saya nggak nyangka dia ditugaskan di Afrika. Itu di luar prediksi kami. Kalau di Polda Jateng sebagai humas, kami sudah bangga. Tapi, dia bisa melaju sampai luar negeri. Berarti dia pekerja keras,” ungkapnya.
Sementara itu, guru bahasa Jawa Dian Puspita menyebut, sudah mengajar Renita sejak duduk di bangku kelas 10. Hanya saja, dia menilai Renita tidak memiliki dasar bahasa Jawa, sehingga butuh waktu agar dia bisa memahaminya. “Dia sepertinya bukan dari Jawa. Ada kesulitan tertentu, tapi dia mau belajar,” sebutnya. (aya/laz)