RADAR MAGELANG – Berdikari, itulah mimpi besar Imanintan Susan. Milenial satu ini lebih tertarik menempuh jalan wirausaha, ketimbang mengadu nasib di tanah rantau. Ia kini sibuk menata embrio bisnis dengan membuka kedai jamu.
Menginjak usia 25 tahun, Susan mantap berjualan jamu. Dia tak malu meski teman satu angkatan kini telah mapan dengan pekerjaannya. Dari berjualan jamu, Susan justru merasa bangga.
Susan mengaku tak mengenal rumus merantau. Dia kurang begitu tertarik mengadu nasib di tanah orang. Dari prinsip itulah muncul ide berjualan jamu. Dia mulai merintis usaha jamu sejak setahun terakhir. Kedai jamu miliknya di Jalan Cempaka, Desa Wonokriyo, Gombong perlahan kini mulai dikenal masyarakat luas. “Mindset pengusaha itu bagaimana buat lapangan kerja. Ini keinginan besar saya,” jelasnya Jumat (24/11).
Baca Juga: UMK Kebumen Naik 4 Persen, Diproyeksikan Rp 2,1 Juta
Susan membawa konsep baru dalam berbisnis jamu. Dengan mengubah metode menjajakan jamu, dari cara lama menjadi kekinian seperti layaknya kedai kopi. “Saya pikir jualan jamu adalah peluang. Kalau dikelola dengan baik bisa mengurangi pengangguran,” ungkapnya.
Sejak kedai dibuka, dia cukup banyak belajar dari kondisi pasar maupun kebutuhan konsumen. Berebekal ilmu dari orang terdekatnya, kedai jamu miliknya kian berkembang. Capaian omzetnya kini terus merangkak naik. “Ada teman yang ikut bantu. Kami diskusi bagimana tumbuh kecintaan atau budaya anak muda senang minum jamu,” ucapnya.
Jiwa pengusaha memang sudah tertanam sejak Susan kecil. Dia lahir dan besar dari lingkungan keluarga pengusaha. Dari orang tua hingga kakaknya, aktif berkecimpung di dunia usaha jamu. “Latar belakang keluarga saya berangkat dari bisnis jamu, jadi sama kakak tinggal meneruskan,” bebernya.
Baca Juga: Celaka… Peredaran Narkoba di Kebumen Telah Menyasar Kalangan Anak SMA
Menurutnya, membuka kedai jamu di era modern memiliki tantangan tersendiri. Kendati begitu, dia ingin membuktikan bahwa minuman tradisional mampu diterima sesuai perkembangan zaman. Sejak membuka kedai, ida selalu menjaga pakem yang diajari keluarganya. Termasuk dalam proses meracik jamu yang hingga kini masih mempertahankan cara tradisional.
Semua itu dilakukan agar cita rasa jamu tetap terjaga. Selain itu, ia juga sedang mengembangkan produk jamu cepat saji seperti layaknya kopi kemasan. “Ya lagi coba, mixing jamu dengan produk minuman. Ternyata rasa masuk. Testimoni pengunjung suka,” tandasnya. (fid/eno)