Neutron Yogyakarta

Mengenang Setahun KH Ahmad Syafii Maarif, Asisten : Buya Bilang Curi Waktu Tidurmu untuk Baca Buku

Mengenang Setahun KH Ahmad Syafii Maarif, Asisten : Buya Bilang Curi Waktu Tidurmu untuk Baca Buku
Asisten Buya Syafii : Buya Bilang Curi Waktu Tidur untuk Baca Buku

RADAR MAGELANG – Ulama cum cendekiawan Prof. Dr. K.H. Ahmad Syafii Maarif atau akrab disapa Buya Syafii sudah setahun wafat.

Meski raga sudah tidak ada lagi, namun pemikiran Guru bangsa ini tetap ada dan perlu dipupuk sampai kapan pun.

Apalagi, Buya Syafii semasa hidupnya dikenang sebagai manusia moderat dengan kepribadian humanis dan kritis.

Pemikiran-pemikirannya tentang keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan tidak perlu diragukan lagi. Perlu diwariskan ke generasi berikutnya.

Baca Juga: Lokasi-Lokasi Ini Tidak Boleh Dipasangi APK. Kalau Ngeyel, Diturunkan Petugas

Aadalah Erik Taufan Somae orang yang sudah 10 tahun mendampingi Buya. Ia dikenal sebagai asisten Buya. Mulai 2012 hingga 2022.

Satu jam sebelum Buya meninggal, Erik bahkan masih mendampingi Buya. Banyak kenangan yang terukir di hati Erik.

“Buya pernah bilang, curi sebagian waktu tidurmu untuk membaca, itu membekas sekali,” kenang Erik pada acara Sarasehan ‘Mengenang 1 Tahun Buya Syafii Maarif : Kemanusiaan, Keindonesiaan, dan Keislaman’ di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (29/11/2023).

“Bahkan kegemaran menulis sudah menjadi tradisi Buya sejak masa remajanya,” lanjutnya.

Buya suka membaca dan menulis.

Itulah salah satu alasan mengapa pemikirannya memiliki kedalaman. Pun, empati dan sikap moralnya sangat baik untuk diteladani.

Buya juga dikenal sebagai individu yang sangat tepat waktu dan seorang pendengar yang baik.

Meski pemikirannya kontroversial, Buya ialah sosok yang menjaga ibadahnya dengan baik.

Buya tetap mengutamakan salat dan sering ditemui di masjid.

Baca Juga: Tetap On Track, Hingga Akhir Oktober Realisasi Belanja APBN DIY Capai Rp 17,9 Triliun

Buya rajin melaksanakan ibadah tahajjud, menulis setelah salat, rutin berpuasa Senin dan Kamis.

“Buya itu lebih gampang ditemui di masjid,” ujar Dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogja itu.

Dosen Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga, Adib Sofia mengatakan bahwa Buya Syafii juga memiliki pandangan tentang perempuan.

Buya mendukung kesetaraan gender dengan tetap bertanggungjawab.

Adib mengingat pesan yang disampaikan Buya Syafii untuk menjadikan Siti Haniyah sebagai teladan.

Seorang sosok perempuan intelektual ‘Aisyiyah yang merupakan 1 dari 14 tokoh besar yang menggawangi kongres perempuan pertama (22-25 Desember 1928).

Baca Juga: Tren Peredaran dan Penyalahgunaan Obat Trihexyphenidyl di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

Siti Haniyah mewakili ‘Aisyiyah pada kongres yang dihadiri ribuan orang dari 30 organisasi di Jawa dan Sumatera.

Saat itu, Haniyah membawakan orasi tentang persatuan manusia. Buya mengamanahkan analisis pidato Haniyah tentang persatuan manusia.

“Saya ingat, Buya berkata kepada saya, jadikan Haniyah sebagai sosok yang perlu dijadikan rujukan.

Karena wawasannya luas, bahasa tulisnya bagus, kepemimpinannya luar biasa. Haniyah adalah karakter perempuan pemimpin (dengan qolam dan kalam).

Haniyah, selain sosok yang pandai menulis juga merupakan singa podium,” papar Adib.

Baca Juga: Dikalahkan Prancis U-17, Mali U-17 Alihkan Fokus Meraih Posisi Ketiga

Sementara itu, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Hamim Ilyas mengatakan pandangan Buya Syafii tentang Kemanusiaan, Keindonesiaan, dan Keislaman merujuk kepada Al-Quran dan hadits.

Buya Syafii menilai tiga hal itu harus bisa saling beriringan dan melengkapi.

“Intinya kalau ada masalah keindonesiaan, maka dihadapinya dengan dakwah. Kita sekarang melanjutkan dakwah Buya, membangun bangsa Indonesia supaya menjadi pribadi yang mutmainnah. Melanjutkan perjuangan Buya saat ini sudah lebih mudah, dibanding perjuangan Nabi dulu,” jelasnya. (lan/bah)

Lainnya