Neutron Yogyakarta

Kini Makin Laris usai Disebut dalam Novel Gadis Kretek

Kini Makin Laris usai Disebut dalam Novel Gadis Kretek
LEGEND: Toko oleh-oleh Nyonya Pang di Muntilan ini menjadi jujugan para pelancong dari berbagai daerah. Apalagi setelah namanya disebut dalam novel Gadis Kretek.Naila Nihayah/Radar Jogja

RADAR MAGELANG – Mempertahankan bisnis keluarga hingga generasi keenam, tidaklah mudah. Butuh konsistensi dan penambahan beberapa inovasi baru, agar semakin eksis di tengah masyarakat. Seperti halnya toko oleh-oleh legendaris, Nyonya Pang. Selain sudah berdiri lebih dari satu abad, toko ini mendadak viral usai disebut dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala.

NAILA NIHAYAH, Mungkid

Di Kabupaten Magelang, ada toko oleh-oleh yang sudah eksis sejak 1912. Adalah toko Nyonya Pang. Letaknya persis di tepi Jalan Pemuda Nomor 71 Muntilan. Lebih-lebih toko jajanan dan kue legendaris ini mendadak viral usai dibahas dalam novel Gadis Kretek. Sebab, penulis novel Ratih Kumala mendeskripsikan Kota M dengan menyebut ‘Wajik Ny Pang’.

Penyebutan toko itu ada di bab 14 halaman 241. ‘…Bagiku, aroma ampo di kota ini selalu bercampur dengan aroma kretek dari tukang becak yang mangkal di pinggiran jalan pasar. Wajik Ny Pang di kiri jalan seolah pertapa yang telah membantu dan menjadi saksi Kota M sejak zaman Penjajahan Belanda.’

Baca Juga: SMK Ma’arif Kota Mungkid Punya NU Roaster

Begitulah sepenggal narasi berkaitan dengan toko legendaris Nyonya Pang tersebut. Sejak serial Gadis Kretek tayang pada 2 November 2023 lalu, banyak yang mencari tahu soal Kota M. Apalagi banyak konten berseliweran di media sosial yang memberikan spekulasi terkait lokasi syuting serial itu. Termasuk Muntilan, karena ada kata kunci yang menyebut Wajik Ny Pang.
Hal itu semakin memperkuat bahwa Kota M yang disebut-sebut dalam novel Gadis Kretek adalah Muntilan. Sebab, toko berusia 111 tahun itu hanya ada satu dan terletak di Muntilan. Banyak masyarakat yang mulai penasaran dengan toko tersebut. Mereka pun berdatangan dan memburu aneka jajanan serta kue legendaris di toko itu.

Menariknya, jika kebanyakan toko hanya bertahan hingga generasi kedua atau ketiga, toko Nyonya Pang ini sudah dikelola hingga generasi keenam. Alih-alih menjual produk buatannya sendiri, Nyonya Pang justru membuka pintu selebar-lebarnya bagi pelaku usaha lain yang ingin menitipkan produknya. Konsep itu dinilai menjadi satu tolok ukur toko itu masih eksis dan diburu pelanggan.

Generasi keenam toko Nyonya Pang, Imanuel Jeffrey Leevianto menceritakan, pada 1912, semula hanya menjual jenang dodol sesuai pesanan. Kala itu, tradisi hajatan pernikahan, perayaan kelahiran anak, bahkan upacara kematian memang kerap menyuguhkan jenang dodol. Peluang itu ditangkap oleh Nyonya Lauw Kie Pang.

Baca Juga: Fakta-Fakta Kebaya Janggan. Kebaya yang Dipakai Jeng Yah di Film Gadis Kretek Ini Ternyata Busana Abdi Dalem Estri Keraton Yogyakarta

NAILA NIHAYAH/RADAR JOGJA

Lambat laun Nyonya Pang tertarik untuk melebarkan sayapnya. Dia menjual jenang dodol dengan berkeliling Muntilan. “Karena pesanannya semakin banyak dan orang-orang suka, Nyonya Pang jualan keliling. Pakai tenong bambu dan digendong keliling Muntilan. Baru bangun toko sekitar tahun 1950 atau 1960-an,” bebernya saat ditemui Radar Jogja kemarin (6/12).

Setelah Nyonya Pang meninggal dunia, toko jenang dodol itu dilanjutkan oleh Nyonya Lauw In Tjo atau menantunya. Kemudian, usaha itu terus berkembang dan diteruskan Tuan Lauw Goen Thae dan Nyonya Lauw Djioe Nio atau anak dari Nyonya In Tjo. Setelah itu, dilanjutkan lagi oleh Nyonya Tan Er Tien. Lalu, dipegang oleh Nyonya Lauw Hian Ay. Barulah dilanjutkan oleh Jeffrey.
Jeffrey menyebut, setiap generasi, memiliki inovasi untuk mengembangkan toko Nyonya Pang, sehingga bisa tetap eksis hingga sekarang. “Misalnya generasi pertama itu bikin jenang dodol. Terus generasi setelah itu bikin wajik, krasikan, kue lapis, tape ketan, dan lain-lain. Pokoknya tiap generasi nambah produk lagi dan sampai sekarang sudah banyak (produknya),” sebut pria 31 tahun itu.

Hanya saja, produk di toko Nyonya Pang memang tidak murni buatan sendiri. Justru persentasenya lebih banyak produk titipan dari pelaku usaha di sekitarnya. Seperti dari Kota Magelang, Wonosobo, bahkan Semarang. Konsep itu memang sudah diterapkan sejak dulu. Prinsipnya, kata dia, agar semua pelaku usaha bisa berkembang bersama dan menuai keuntungan.

Baca Juga: Salah satu Lokasi Syuting Serial Gadis Kretek adalah Pasar Kayu Muntilan di Magelang

Dia pun tidak menampik jika seluruh produk yang dijualnya adalah buatan sendiri, keuntungannya pasti akan lebih besar. Namun ketika menerapkan konsep berbagi dan tolong-menolong, hasilnya akan berbeda. “Tapi, kita hidup nggak melulu soal uang. Rezeki bisa dibagi dengan yang lain. Bahkan rasanya lebih bermanfaat. Kita bisa berkembang dan saling merangkul,” urainya.

Beruntung konsep tersebut terus diterapkan hingga sekarang. Pada 2017, Jeffrey pun semakin mengembangkan usaha turun-temurun ini. Dia menilai, jika tidak dilanjutkan oleh generasi berikutnya, toko Nyonya Pang perlahan bakal ditinggalkan. Justru nantinya akan menyisakan penyesalan yang mendalam. Apalagi, setiap generasi sudah dibekali pendidikan yang tinggi agar bisa mengembangkannya.

Namun tantangan zaman semakin tidak terkendali. Canggihnya teknologi juga harus bisa diimbangi. Toko yang terbilang sudah lawas itu pun harus mengikuti arus zaman. Jeffrey membawa toko Nyonya Pang agar aktif di media sosial. Utamanya bisa menggaet pembeli dari kalangan generasi muda. Mengingat produk yang ditawarkan, banyak yang merupakan penganan jadul.

Toko Nyonya Pang kini memiliki ratusan produk. Baik penganan tradisional maupun modern. Toko yang buka pukul 07.00-19.00 ini memang kerap diburu. Apalagi setelah tokonya disebut dalam novel Gadis Kretek. Padahal dalam serialnya, tidak satu pun yang menyebut toko Nyonya Pang. Karena penulis hanya ingin mendeskripsikan suasana di Kota M.

Baca Juga: Mediasi Pascakerusuhan Muntilan Belum Temui Titik Terang

Setelah serial Gadis Kretek itu tayang, Jeffrey pun menanyakan lokasi Kota M kepada Ratih Kumala. Sebab, banyak yang berspekulasi bahwa Kota M adalah Magelang, Malang, Madiun, dan lainnya. Tapi, setelah disebut Wajik Ny Pang, semakin jelas jika Kota M adalah Muntilan. Itulah yang membuat masyarakat semakin penasaran.

Penyebutan toko Nyonya Pang itu praktis berimbas pada pendapatan yang diperoleh. Bahkan, peningkatan penjualannya bisa 50 persen sendiri. Baik di hari biasa maupun hari libur. Jeffrey sempat bertemu kembali dengan Ratih Kumala dan menyampaikan terima kasih. “Karena meskipun sekadar (disebut) di novel, tapi sangat berdampak bagi kami,” lontarnya.
Sejak hari pertama serial Gadis Kretek tayang, Jefrrey sempat menduga nantinya toko Nyonya Pang bakal lebih ramai ketimbang sebelumnya. Benar saja. Banyak ulasan di media sosial yang menyebut toko Nyonya Pang dalam setiap komentarnya. Kendati begitu, dia benar-benar tidak menyangka, banyak masyarakat yang antusias untuk datang ke toko.

Tidak hanya toko Nyonya Pang saja yang mendapat keuntungan, tapi juga Muntilan secara keseluruhan. Jeffrey menambahkan, efek dari novel dan serial Gadis Kretek itu membuat banyak pelancong yang menyempatkan datang untuk sekadar membuat konten. Atau bahkan menikmati sajian kuliner khas Magelang di Muntilan. (laz)

Lainnya

Exit mobile version