SLEMAN – Hokky Caraka Bintang Brilliant menjadi idola baru di tim Indonesia U-19 maupun PSS Sleman. Padahal bukan perkara bagi pemuda yang bulan depan genap berusia 18 tahun itu mewujudkannya. Karena masih harus membagi waktu dengan sekolah, meski SMAN 1 Seyegan memberi kemudahan. Seperti apa ceritanya?
Kedatangan Hokky dalam peringatan HUT ke-39 sekolahnya SMAN 1 Seyegan Kamis (21/7), menjadi perhatian guru dan teman-temannya. Mereka berebut untuk bisa berfoto bersama Hokky. Apalagi, Hokky menjadi salah satu bintang saat Piala AFF U-19 lalu. Di antaranya dengan mencetak quatrick atau empat gol ke gawang Brunei Darussalam. Kesempatan untuk wawancara pun harus tertunda. Hingga salah seorang guru mengaturnya, “Fotonya nanti masih bisa, sekarang wawancara dulu saja.”
Kesempatan untuk bertemu langsung Hokky memang bukan hal mudah. Kesibukannya berlatih bersama tim Indonesia U-19 maupun PSS Sleman, membuat Hokky yang tahun ini naik kelas 12 itu, jarang ke sekolah. “Sebulan ini baru dua kali ke sekolah,” ujar Hokky yang siang itu mengenakan jersey utama Timnas Indonesia.
Bisa dimaklumi. Karena selepas membela tim Indonesia U-19 di Piala AFF U-19 lalu, Hokky langsung kembali ke klubnya PSS Sleman yang bersiap menjalani Liga 1 musim 2022. Meski tergolong pemain muda, pria kelahiran Ponjong, Gunungkidul, 21 Agustus 2004 itu sudah dipromosikan Pelatih Seto Nurdiyantoro ke tim senior. Alhasil, kesibukannya saat ini hanya berlatih dan berlatih. “Apalagi ini kan preseason, liga juga mau mulai, isinya latihan terus,” katanya.
Terus, bagaimana putera kedua dari empat bersaudara pasangan Ribot Budi Suryono dan Dwi Endang Lestari ini mengerjakan tugas-tugas sekolah? Dia mengaku rerata baru bisa mengerjakan tugas-tugas selepas malam. Saat hendak tidur, selepas pukul 21.00. Itu karena sejak pagi hingga sore disibukkan latihan. Bahkan malam hari Hokky masih menambah porsi dengan latihan gym sendiri. Porsi latihan yang lebih berat dengan disiplin tinggi didapatnya dari pelatih tim Indonesia U-19 Shin Tae Yong. Membuatnya kelelahan secara fisik.
Tapi, sebisa mungkin dia tetap mengerjakan tugas yang diberikan gurunya. “Ya, biasanya setelah pukul 21.00, dibantu kakak via zoom,” tuturnya. Apakah juga dibantu pemain PSS Sleman lainnya yang tinggal satu mes? “Enggak, sama-sama bodoh sih,” kelakarnya diikuti tawa. Karena itu dia juga tidak terlalu mempersoalkan tidak meraih ranking saat naik kelas 12 lalu. “Pasti tidak ranking, yang penting naik dulu sudah syukur,” lanjutnya.
Meski digadang menjadi penyerang masa depan Indonesia, Hokky tidak melupakan pendidikan. Hal itu pula yang membuatnya memilih bersekolah di SMAN 1 Seyegan yang memiliki kelas khusus olahraga (KKO). Selepas KKO SMP Playen, dia dan orang tuanya mencari SMA yang memberi kemudahan izin untuk berlatih dan bermain. Pilihan jatuh ke SMAN 1 Seyegan. Tapi, perjuangan untuk masuk tidak mudah. Saat seleksi masuk, Ribot mengantarkan Hokky dari Ponjong untuk tes ke UNY tiap pukul 04.00 pagi. Sorenya, dilanjut tes sepak bola di lapangan Seyegan. “Itu selama sebulan, ya dinikmati saja,” katanya.
Tantangan belum berakhir. Sudah diterima di SMAN 1 Seyegan tidak memungkinkan tiap hari pulang pergi Ponjong-Seyegan. Alhasil selama empat bulan awal sekolah, dia menumpang menginap di rumah teman sekolahya, Raka Octa yang dekat sekolah. Itu sebelum keduanya direkrut oleh Akademi PSS. Bahkan karena dipromosikan ke tim senior, kini Hokky tinggal di mess PSS. “Sama Raka sudah seperti kakak adik, semenjak masuk (PSS) senior, jarang ketemu. Semoga masih bisa bertemu bapak ibunya,” kata pria bertinggi 181 sentimeter itu.
Yang diceritakan Hokky bukan isapan jempol. Wali kelas Hokky di kelas 10 SMAN 1 Seyegan, Ardani Ahmad mengenang awal Hokky bersekolah masih dilaju dari Ponjong. Hingga kehabisan bensin dan kebanan. Orang tua dan sekolah pun mencari solusi untuk mendukungnya. Hingga bertemu dengan Raka yang keluarganya bersedia menerima Hokky menginap selama di Sleman. “Bapaknya memang berkeinginan Hokky keluar dari Gunungkidul, karena katanya kalau masih di sana bakatnya tidak berkembang,” jelasnya.
Dukungan sekolah pun diberikan dengan memberi kemudahan dalam pembelajaran. Termasuk memberikan tugas dalam bentuk google form. Bahkan saat Hokky mengikuti training center tim Indonesia U-19 di luar negeri. Secara akademis, Ardani menyebut prestasi Hokky rerata saja. Tapi bakat yang paling menonjol dalam bidang sepak bola.
Dukungan sekolah diberikan melalui kemudahan izin berlatih maupun bermain. “Karena Hokky ini menginspirasi yang lain, saya ngomong seperti ini tidak ada yang percaya. Kalau Hokky yang datang dengan prestasinya semua langsung tahu,” ungkapnya.
Semangat itu pula yang disampaikan penggemar Boaz Salosa dan striker baru Manchester City Erling Haaland itu kepada adik-adik kelasnya. “Kalau mau sukses pantang menyerah. Jangan malas, harus disiplin dan rajin,” pesannya. (laz)