Neutron Yogyakarta
Lebih Dekat dengan Ebod Jaya, dari Komoditas Burung ke Dunia Sepak Bola

Buka SSB karena Perihatin Tak Ada Pemain dari Kebumen

Buka SSB karena Perihatin Tak Ada Pemain dari Kebumen

KEBUMEN – Maniak dunia burung tentu tak asing apa itu Ebod Jaya. Ya, salah satu kiblat mencari kebutuhan tentang burung. Namun belakangan, Ebod Jaya mulai merambah ke industri olahraga sepak bola. Seperti apa kisahnya?

Sama-sama di lapangan. Hanya beda komoditasnya. Ya, setelah sukses menekuni bisnis komoditas burung. Makhfudz Solaiman selaku pemilik Ebod Jaya memberikan perhatian lebih terhadap kondisi sepak bola Kebumen. Ia merasa perihatin prestasi sepak bola tempat kelahirannya tak pernah muncul. Hingga akhirnya memutuskan membuka sepak bola (SSB), sebagai perangkat penjaringan atlet sejak dini. “Lahir saya di Kebumen, intinya sepak bola sebisa mungkin harus hidup dan memberikan prestasi,” kata Makhfudz Solaiman, Minggu (31/7).

Berbekal hobi sepak bola yang ditekuni sejak masa sekolah, ia berkeyakinan para atlet lokal memiliki potensi ketika diasah dan diberikan fasilitas. Pria kelahiran Prembun, Kebumen ini tidak sedikit pun pesimis terhadap kemampuan pemain lokal. Hal ini sudah dibuktikan dengan formatur pemain di PS Ebod Jaya dalam menjalani laga di beberapa kompetisi. “Liga 3 kemarin semua rekrutmen pemain lokal termasuk pelatih. Yang kami tekankan memang tidak boleh minder, soal menang kalah sudah biasa,” ucapnya.

Bagi Kang Ebod, sapaan Makhfudz Solaiman sepak bola bukan sebatas olahraga. Tapi ada suatu kebanggan dan kepuasan yang harus diperjuangkan. Saking cintanya dengan dunia bola dirinya pernah membawa PS Ebod Jaya mengisi daftar tim babak penyisihan Liga 3 Nasional.

Di tengah kesibukan bisnis komoditas burung. Mulai penyediaan sangkar, pakan, vitamin hingga pernak-pernik lain soal burung. Kang Ebod masih menyempatkan waktu ikut turun ke lapangan memantau perkembangan para pemain yang ikut di SSB Ebod Jaya.

Selain itu, salah satu bukti tanggung jawab terhadap dunia sepak bola Kebumen adalah sempat membidani Persak. Kala itu, Persak menjalani dua kali musim kompetisi Liga 3 Jawa Tengah dan Piala Soeratin. “Merintis memang sulit, tapi kalau sudah tau hasil atau syukur pemain yang berangkat dari SSB di rekrut tim besar, baru kebanggan tersendiri. Sistem inilah yang kami bangun,” ucapnya.

Baginya, sistem sepak bola baik lokal maupun kancah nasional yang dibutuhkan adalah menghindari kepentingan diluar teknis. Hal mendasar yang perlu difikirkan yakni mewujudkan tim sesuai kebutuhan. Salah satunya dimulai dari pemilihan pemain secara obyektif. “Berikan pemain maupun pelatih kepercayaan. Ketika kurang pas evaluasi bersama, cari jalan keluar,” terangnya. (pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)

Exit mobile version