RADAR MAGELANG – Tim Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia (PSAI) DIJ berlaga di Turnamen Sepak Bola Amputasi Piala Menpora 2023 di Pancoran Soccer Field, Jakarta, 25-27 November lalu. PSAI DIJ mewakilkan paralimpian-paralimpian binaannya bersama tim Jogja Amputee Football Club (Jamp FC).
Mereka termotivasi prestasi mentereng tim sepak bola amputasi Indonesia yang tampil di Piala Dunia pada 2022 lalu. Ketua PSAI DIJ, I Made Sudana menjelaskan Jamp FC menjadi tim termuda dibandingkan lima tim lain. Yakni Persaj Jakarta, Persama Malang, Persari Riau, Persam Madura, dan Persas Surabaya. “Kami baru sekitar dua bulan mengadakan latihan,” ujarnya, Minggu (3/12).
Dalam turnamen itu, tim ini membawa 12 pemain, yakni Syaiful Khoiri, Sukirman, Arya Sadewa, Alwi Yusron, Widi Nuryanto, Kamal, Wiyono, Hamzah, Putra Tegar, Suhartono, Sukoco, dan Daniel Loenak. Mereka dilatih Suwartoyo dan didampingi Sutriaji, Dalaji, Triyono serta Faris Fadhli Domily selaku ofisial tim.
Baca Juga: Catatan Sepak Bola: Garna-Goal
Sebagai tim paling muda dengan persiapan yang hanya dua bulan, Jamp FC memang masih belum bisa bersaing secara maksimal dengan tim lainnya. Apalagi dengan latihan rutin lebih panjang.
Jamp FC yang tergabung di Grup B, harus rela mengakui ketangguhan dari tim Persas Surabaya dengan skor 0-6 pada pertandingan pertama. Pada pertandingan kedua, Jamp FC kembali takluk saat bertemu Persam Madura dengan skor 0-5.
Menurut Made, keikutsertaan mereka di ajang ini sebagai perkenalan dan informasi kepada masyarakat tentang adanya sepakbola amputasi di DIJ. Keikutsertaan mereka ternyata mendapatkan apresiasi dari PSAI pusat.”Karena memperbanyak kota di Indonesia yang mulai melakukan pembinaan pada olahraga sepakbola amputasi ini,” jelasnya.
Baca Juga: Promosikan Nilai-Nilai Kejujuran di Dunia Sepak Bola Indonesia
Saat ini, tim PSAI DIJ menggelar latihan rutin di Lapangan Sepak Bola Kopertis, sembari mencari lapangan mini soccer. Sebagai pembinaan, PSAI DIJ juga mengirimkan pemain mudanya, seperti Revan Aditya Putra untuk mengikuti coaching clinic di Jakarta.
“Karena sepabola amputasi belum masuk di National Paralympic Committee (NPC). Selama ini menjalani latihan dan berangkat kemarin kami mengandalkan dana patungan dan bantuan dana CSR,” ungkapnya.
Made Sudana juga berharap, tim sepak bola amputasi ini bisa bergabung menjadi anggota NPC agar program pembinaannya semakin maksimal dan berkelanjutan. “Semoga bisa mendapat support dari pemerintah, termasuk bisa masuk di NPC,” tandasnya.(ayu/din).