Neutron Yogyakarta

Nepal van Java Akan Ditata, Bappeda Sedang Susun Masterplan

Nepal van Java Akan Ditata, Bappeda Sedang Susun Masterplan
INSTAGRAMABLE: Keindahan Obyek Wisata di Lereng Gunung Sumbing, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Selasa (27/10).(MEITIKA CANDRA LANTIVA/RADAR JOGJA)

RADAR JOGJA – Nepal Van Java di Desa Temanggung, Kaliangkrik, yang viral akhir-akhir ini akan ditata. Untuk menunjang pengelolaan wisata agar lebih baik ke depan. Jangan sampai, pengembangan wisata kehilangan kontrol.

“Obwis ini kan mendadak viral, jadi serbuan wisata di tengah Pandemi Covid-19. Sehingga dibutuhkan pengembangan dengan melibatkan SKPD terkait,” ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Magelang Sugiyono Rabu (27/10).

Dia menjelaskan, obwis di Lereng Gunung Sumbing ini memiliki potensi besar dari sektor pertanian, pariwisata hingga kearifan budaya lokalnya. Nah, peluang ini begitu mudah ditangkap oleh masyarakat maupun pemangku modal. Karena itu diperlukan kebijakan-kebijakan khusus. Agar pembangunan di wilayah ini tidak serampangan. Jangan sampai merusak alam, pemandangan dan pertanian. Sebab, wilayah pengembangan tersebut berada di lahan aktif pertanian.

Menurut dia, masih banyak hal yang perlu ditekankan. Yakni, terkait aksesibilitas, konektivitas, sinergitas melalui pendekatan partisipatif serta penguatan destinasi wisata berbasis komunitas. Serta mitigasi bencana, lantaran area ini juga memiliki potensi bencana alam.

Nah, hasil survei tersebut menjadi bahan yang akan dirumuskan dan  diworkshopkan. Selanjutnya dilaporkan pada pemkab)sebagai  bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan pariwisata yang intergratif.

Sementara itu Camat Kaliangkrik Umar Singgih menyebut, pengelolaan obwis oleh warga setempat masih minim persiapan. Bangunan semi permanen masih semrawut. Banyak warga yang mendirikan bangunan di lahan pertanian milik masing-masing.

“Kalau izin resmi memang belum. Tapi warga selalu berkoordinasi dengan pamong dan pemerintah desa setempat,” katanya. Selama jenis bangunan tak melanggar aturan, tetap diizinkan. Pihaknya memaklumi karena mayoritas  warga sebelumnya adalah petani bukan penggiat wisata. “Prinsipnya warga siap apabila ditata. Karena minimnya pehaman, maka dari itu kami butuh pendampingan dari dinas-dinas terkait,” tambahnya. (mel/pra)

Lainnya